ABORTUS
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
ASUHAN KEBIDANAN I
Dosen Pengampu : Ayu Haryani, S.SiT, M.Kes
Disusun Oleh
:
Nur Azizah (14.0301252)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
BINA CIPTA HUSADA PURWOKERTO
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan I yang berjudul “Abortus.”
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Asuhan Kebidanan I sebagai pembelajaran mata kuliah Asuhan Kebidanan I .
Dalam menyusun ini penulis banyak dibantu oleh dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan demi kelancaran penulis tulis ini dan teman-teman yang telah memberikan
semangat dan dorongan. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.
Penulis berharap karya tulis ini
dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi dalam pembelajaran Asuhan Kebidanan
I . Akhirnya, sebagai manusia biasa yang tidak terhindar dari kekeliruan kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Dan karenanya, segala
saran dan kritikan yang membangun yang datang dari pembaca sangat penulis
butuhkan sebagai bahan masukan untuk perbaikan di masa-masa mendatang.
Purwokerto,
Mei 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.................................................................................. 3
C. Tujuan................................................................................................... 3
C. Manfaat................................................................................................. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Aborsi................................................................................... 4
B. Penyebab Aborsi................................................................................... 4
C. Patofisiologi........................................................................................... 8
D. Macam-macam Aborsi..................................................................... .....8
E. Tabel diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
................................................................................................................. 17
F. Komplikasi akibat abortus..................................................................... 19
G.Hukum Abortus menurut Undang-Undang.............................................. 20
H.Contoh Laporan Kasus Abortus............................................................. 22
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan........................................................................................... 32
B.Saran.................................................................................................... 32
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu
komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan
dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan
dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang
terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester
III disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan
pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan
masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan pada
kehamilan kita harus selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang
menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa
batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda,
salah satunya adalah abortus.
Abortus
merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram.
Angka kejadian
abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak
dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Sementara itu, dari kejadian
yang diketahui 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan
mengalami keguguran 2 kali yang
berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran
berurutan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi
menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau
dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%.
Abortus
disebabkan oleh beberapa faktor baik
dari ibu maupun dari janin, oleh sebab itu kita sebagai tenaga kesehatan harus
memberikan wawasan dan HE pada ibu hamil untuk
selalu memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap komplikasi yang
terjadi.
Pada
remaja, remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak
penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan
pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka
hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja
meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain. Begitu juga kemampuan untuk
mengendalikannya. Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang
mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru
berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks, meninggalkan remaja
dengan berjuta tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka.
Pandangan bahwa seks adalah tabu,
yang telah sekian lama tertanam, membuat remaja enggan berdiskusi tentang
kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih memprihatinkan, mereka
justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas seksualitas dengan anggota
keluarganya sendiri.
Tak tersedianya informasi yang
akurat dan “benar” tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja bergerilya
mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri.Arus komunikasi dan informasi
mengalir deras menawarkan petualangan yang menantang.Majalah, buku, dan film
pornografi yang memaparkan kenikmatan hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung
jawab yang harus disandang dan risiko yang harus dihadapi, menjadi acuan utama
mereka. Mereka juga melalap “pelajaran” seks dari internet, meski saat ini aktivitas
situs pornografi baru sekitar 2-3%, dan sudah muncul situs-situs pelindung dari
pornografi .
Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh
di Tanah Air.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian abortus?
2.
Apa saja
penyebab abortus?
3.
Bagaimana
patofisiologi abortus?
4.
Apa saja
macam-macam abortus?
5.
Apa saja
diagnosa banding perdarahan kehamilan muda?
6.
Bagaimana
komplikasi akibat abortus?
C. Tujuan
A. Tujuan umum
àAgar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang abortus dan penatalaksanaan dari abortus.
B. Tujuan khusus
1. Menjelaskan pengertian
abortus
2. Menjelaskan penyebab
abortus
3. Menjelaskan
patofisiologi abortus
4. Menyebutkan
macam-macam abortus
5. Menjelaskan diagnosa
banding perdarahan kehamilan muda
6. Menjelaskan komplikasi
akibat abortus
D. Manfaat
àBagi masyarakat
Agar masyarakat mengetahui tentang penyebab dan dampak dari abortus.
àBagi peneliti
Mengetahui dan menambah wawasan serta pengetahuan agar dapat melakukan
penatalaksanaan abortus.
à Bagi institusi
Memberikan penambahan informasi tentang abortus khususnya bagi institusi
kesehatan agar dapat mengetahui tentang abortus dan penatalaksanaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Abortus
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2009).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode
obat-obatan atau bedah, (Morgan, 2009).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut
abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai
1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas
untuk abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir
beratnya antara 500 – 999 gram disebut juga dengan immature.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).
B. Penyebab Abortus
1. Kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat
menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan
ini adalah :
1) Kelainan
kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
Abnormalitas
embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini dan
kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang sering
ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula
kelainan kromosom seks.
2) Lingkungan
sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Bila
lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga
karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
3) Pengaruh
teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil
konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya
dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau,
alkohol, kafein, dan lainnya.
2. Kelainan pada
plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
Endarteritis
dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan
ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
Infeksi pada
plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi.
Gangguan
pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi menyebabkan
gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran.
3.
Faktor maternal seperti pneumonia,
typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
Penyakit-penyakit
maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut infeksi virus akut, panas
tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar .
nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan
pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin akan
mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik
akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan
menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus.
Penyakit
infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium
dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin,
kemudian terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat
kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat
meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan
peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.
4.
Kelainan traktus genetalia, seperti
inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri,
mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan
terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi
kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.
Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau
akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal
dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri,
serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks),
robekan serviks postpartum.
5.
Trauma.
Tapi
biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual khususnya
kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat
keguguran yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor
hormonal.
Misalnya
penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus
pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih
funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7.
Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.
8.
Penyebab dari segi Maternal
1) Penyebab secara umum:
(1) Infeksi
(2) Infeksi kronis
c. Keracunan,
misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
d. Penyakit
kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis,
diabetes, anemia
berat, penyakit
jantung, toxemia
gravidarum
9.
Penyebab dari segi Janin
1) Kematian janin akibat kelainan bawaan.
4) Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya
menunjukkan bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk
berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin.
5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian
abortus adalah kelainan chromosomal.
6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk
melakukan implantasi dengan adekuat.
C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu
janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam
bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
D. Macam-macam Abortus
1. Abortus imminens - threatened
abortion (kegugurang mengancam).
Peristiwa
terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana
hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Pada tipe
ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus, perdarahan tersebut hanya
sedikit serta berangsur-angsur akan berhenti setelah berlangsung beberapa hari
dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita yang mengalaminya
mungkin tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada bayi. Biasanya
kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalu janin mengalamin
gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut.
Abortus
imminens merupakan abortus yang paling banyak terjadi. Pada abortus
ini, perdarahan berupa bercak yang menunjukkan ancaman terhadap
kelangsungan kehamilan. Namun, pada prinsipnya kehamilan masih bisa
berlanjut atau dipertahankan.
Setengah
dari abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau komplit, sedangkan sisanya
kehamilan akan berlangsung. Beberapa kepustakaan menyatakan bahwa abortus ini
terdapatadanya risiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan
dalam rahim.
à Diagnosa pada abortus
imminent adalah :
(1) Perdarahan flek-flek (bisa sampai beberapa hari).
(2) Rasa sakit seperti saat menstruasi bisa ada atau tidak .
(3) Serviks dan OUE masih tertutup.
(4) PP test (+).
à Penanganan abortus
imminens meliputi :
(1) Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik.
(2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat
progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti
efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
(3) Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.
2.
Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat,
kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan
dilatasi serviks.
Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan intrauteri
berlangsung dan hasil konsepsi masih berada
di dalam cavum uteri. Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah
lagi, OUE terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam saja.
à Diagnosa abortus
insipiens :
(1) Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.
(2) Nyeri hebat disertai kontraksi rahim.
(3) Serviks atau OUE terbuka dan/atau ketuban telah pecah.
(4) Ketuban dapat teraba karena adanya dilatasi serviks.
(5) PPtest dapat positif atau negatif .
à Penanganan Abortus
Insipiens meliputi :
(1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan
aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
a. Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang
setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang
sesudah 4 jam bila perlu).
b. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil
konsepsi dari uterus.
(2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a. Tunggu
ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
b. Jika
perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi.
(3) untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
3.
Abortus inkompletus (keguguran
tidak lengkap).
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus inkompletus berkaitan dengan
retensi sebagian produk pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak begitu
mudah terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam
keadaan ini perdarahan tidak segera berkurang sementar serviks tetap terbuka.
Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana hasil konsepsi telah
lahir atau teraba pada vagina (belum keluar semua) dan masih ada sisa-sisa
jaringan yang tertinggal (biasanya jaringan plasenta).
à Diagnosa
abortus inkomplit adalah:
(1) Umur kehamilan biasanya diatas 12 minggu, atau bisa kurang.š
(2) Perdarahan sedikit kemudian banyak, disertai keluarnya hasil konsepsi,
tidak jarang pasiendatang dalam keadaan syok.š
(3) Serviks terbuka (1-2 jari, sering teraba sisa jaringan).
(4) PP test positif atau negatif, anemia.
à Penanganan abortus
inkomplit :
(1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per
oral.
(2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang
16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a. Aspirasi
vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret
tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b. Jika
evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat
diulang setelah 4 jam bila perlu).
(3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes
permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam
setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam
uterus.
(4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4.
Abortus kompletus (Keguguran
Lengkap)
Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum uteri.
Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan
selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena
dalam massa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai Semua
hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Abortus kompletus terjadi kalau semua produk pembuahan – janin, selaput
ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan
berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami involusi.
àDiagnosa
abortus komplets adalah :
(1) Perdarahan yang sedikit
(2) Ostium uteri telah menutup
(3) Uterus telah
mengecil
à Penanganan abortus
komplit :
(1) Tidak perlu evaluasi lagi.
(2) Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
(3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
(4) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg
per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
(5) Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
5.
Abortus habitualis
Abortus
habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab
abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan
reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX).
Pasien dengan reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami abortus.
à Diagnosa abortus
habitualis adalah :
(1) Kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai
mulas.
(2) Ketuban menonjol dan pada
suatu saat pecah.
(3) Timbul mulas yang
selanjutnya diikuti dengan melakukan pemeriksaan vaginal tiap minggu.
(4) Penderita sering mengeluh
bahwa ia telah mengeluarkan banyak lender dari vagina
(5) Diluar kehamilan penentuan
serviks inkompeten dilakukan dengan histerosalfingografi yaitu ostium internum
uteri melebar lebih dari 8 mm.
à Penanganannya terdiri atas :
(1) Memperbaiki keadaan umum.
(2) Pemberian makanan yang
sempurna.
(3) Anjuran istirahat cukup
banyak.
(4) Larangan koitus dan olah
raga.
(5) Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan
lainnyamungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis.
6. Missed
abortion
Kalau janin muda yang telah
mati tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih, maka keadaan itu
disebut missed abortion. Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan
per vaginam sedikit hingga menimbulkan gambaran abortus imminens.
Kalau tidak terjadi abortus
dengan pitocin infus ini,sekurang kurangnya terjadi pembukaan yang memudahkan
curettage. Dilatasi dapat juga dihasilkan dengan pemasangan laminaria stift.
à Gejala-gejala
selanjutnya ialah :
(1) Rahim tidak membesar,
malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan macerasi janin.
(2) Buah dada mengecil
kembali.
(3) Gejala-gejala lain yang
penting tidak ada, hanya ammenorhoe berlangsung terus.
Biasanya keaddan ini berakhir dengan abortus yang spontan
selambat-lambatnya 6 minggu setelah janin mati. Kalau janin mati pada kehamilan
yang masih muda sekali, maka janin lebih cepat dikeluarkan. Sebalikya kalau
kehamilan lebih lanjut retensi janin lebih lama. Sebagai batas maksimal retensi
janin diambil 2 bulan, kalau dalam 2 bulan belum lahir disebut missed abortion
(abortus tertunda).
à Diagnosa missed abortion
adalah :
(1) Gejala subyektif kehamilan menghilang
(2) Mammae agak mengendor lagi
(3) Uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil
(4) Tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang.
(5) Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah
mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.
(6) Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai
gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemerikaan kearah
ini perlu dilakukan.
à Penatalaksanaan :
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil
konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari
berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai
turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I
bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan
karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia
mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan
7.
Abortus infeksiosa, abortus septik
Abortus
infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan
abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman atau
toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
Penyulit
serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus kriminalis. Perdarahan
hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal akut pernah terjadi pada
abortus legal tetapi dengan frekuensi yang jauh lebih kecil.
Hasil
biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi parametritis, peritonitis,
endokarditis, dan septikemia. Dari 300 abortus septik di Parkland Hospital,
bahkan darah posotif pada seperempatnya. Hampir dua pertiga adalah bakteria
anaerob sedangkan koliform juga sering dijumpai. Organisme lain yang dilaporkan
menjadi penyebab abortus septik antara lain adalah haemophilus influenzae,
campylobacter jejuni, dan streptokokus grup A. Terapi infeksi antara lain
adalah evakuasi segera produk konsepsi disertai anti mikroba spektrum luas
secara intravena. Apabila timbul sepsis dan syok, perlu diberikan terapi
suportif. Abortus septik juga pernah dilaporkan menyebabkan koagulopati
intravaskular diseminata.
à Diagnosa abortus
infeksiosa adalah :
(1) Abortus yang disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat genitalia,
seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang
membesar, lembek serta nyeri tekan, dan adanya leukositosis.
(2) Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang
menggigil.
(3) Demam tinggi, dan tekanan darah menurun.
(4) Untuk mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah dan
getah pada serviks uteri.
8.
Abortus
provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
80 % dari semua abortus, Yaitu: Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat
suatu tindakan.
Menghentikan
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap
bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram
dapat terus hidup.
àMacam-macam abortus provokatus :
1) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.
Abortus
provocatus artificialis adalah Pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat,
dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya
karena ibu berpenyakit berat.
Abortus
provocatus pada hamil muda (di bawah 12minggu) dapat dilakukan dengan pemberian
prostaglandin atau curettage dengan penyedotan (vakum) atau dengan sendok
curet.
Pada hamil
yang tua (di atas 12 minggu) dilakukan hysterotomi juga dapat disuntikkan garam
hypertonis (20%) atau prostaglandin intra-amnial.
Indikasi
untuk abortus therapeuticus misalnya : penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensial,
carcinoma daro cervik.
Merupakan
terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup (viabel).
Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik diantaranya adalah penyakit jantung
persisten dengan riwayat dekompensasi kordis dan penyakit vaskuler hipertensi
tahap lanjut. Yang lain adalah karsinoma serviks invasif. American College
Obstetricians and Gynecologists (1987) menetapkan petunjuk untuk abortus
terapeutik :
(1) Apabila berlanjutnya
kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau mengganggu kesehatan secara serius.
Dalam menentukan apakah memang terdapat resiko kesehatan perlu dipertimbangkan
faktor lingkungan pasien.
(2) Apabila kehamilan
terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini pada evaluasi wanita yang
bersangkutan perluditerapkan kriteria medis yang sama.
(3) Apabila berlanjutnya
kehamilan kemungkinan besar menyebabkan lahirnya bayi dengan retardasi mental
atau deformitas fisik yang berat.
2) Abortus
provocatus criminalis.
Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan
medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelum janin
mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena
alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu. Sebagian besar abortus yang
dilakukan saat ini termasuk dalam katagori ini.
E. Tabel diagnosa banding perdarahan kehamilan
muda
Perdarahan
|
Serviks
|
Uterus
|
Gejala/ tanda
|
Diagnosis
|
Tindakan
|
Bercak hingga sedang
|
Tertutup
|
Sesuai dengan usia gestasi
|
Kram perut bawah
Uterus lunak
|
Abortus imminens
|
Obserasi perdarahan
Istirahat
Hindarkan koitus
|
Sedikit membesar dari normal
|
Limbung atau pingsan
Neri perut bawah
Nyeri goyang porsio
Masa adneksa
Cairan bebas intraabdomen
|
Kehamilan ektopik yang terganggu
|
Laparotomi dan parsial
Salpingektomi
Salpingostomi
|
||
Tertutup/terbuka
|
Lebih kecil dari usia gestasi
|
Sedikit/tanpa nyeri perut bawah
Riwayat ekspulsi hasil konsepsi
|
Abortus komplit
|
Tidak perlu terapi spesifik kecuali perdarahan berlanjut atau terjadi
infeksi
|
|
Sedang hingga masif/ banyak
|
Terbuka
|
Sesuai usia kehamilan
|
Kram atau nyeriperut bawah
Belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi
|
Abortus insipiens
|
Evakuasi
|
Kram atau nyeri perut bawah
Ekspulsi sebagian hasil konsepsi
|
Abortus inkomplit
|
Evakuasi
|
|||
Terbuka
|
Lunak dan lebih besar dari usia gestasi
|
Mual/ muntah
Kram perut bawah
Sindroma mirip preeklamsi
Tak ada janin keluar jaringan seperti anggur
|
Abortus mola
|
Evakuasi
Tatalaksana mola
|
F.
Komplikasi Akibat Abortus
Komplikasi
yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
1.
Perdarahan
Perdarahan
dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2.
Perforasi
Perforasi
uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan
teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung
dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu
histerektomi.
3.
Infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella
abortus dan Campylobacter fetus merupakan kausa abortus pada sapi
yang telah lama dikenal,tetapi keduanya bukan kausa signifikan pada manusia.
Bukti bahwa toxoplasma gondii menyebabkan abortus pada manusia kurang
meyakinkan.tidak terdapat bukti bahwa Listeria monocytogenes atau Chlamydia
trachomatis menyebabkan abortus pada manusia. Herpes simpleks dilaporkan
berkaitan dengan peningkatan insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital
pada awal kehamilan. Abortus spontan secara independen berkaitan dengan
antibodi virus imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas
sifilis pada ibu, dan kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.
4.
Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank
karena infeksi berat (syok endoseptik).
G. Hukum Abortus Menurut Undang- Undang
Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) :
Pasal 229
1.
Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karenapengobatan
itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika
yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang
tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika
yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 314
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan
melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan
sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang
ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam,
karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342
dipandang, bagi orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau
pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
1.
Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
2. Jika
perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
1.
Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.
2. Jika
perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu
melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka
pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Pasal 535
Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan
suatu sarana untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau
tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan
tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan
yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
H. CONTOH LAPORAN KASUS
TINJAUAN
KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN PADA NY. “U”
DENGAN
ABORTUS INSIPIENS
DI PUSKESMAS
MATARAM
I. PENGKAJIAN DATA,
Hari/Tanggal : Senin 22 Juni 2009
Pukul :19.30 wita
Data subjektif
A. Identitas / Biodata
Nama : Ny ’U’
Nama : Tn. ’H’
Umur : 18 Tahun
Umur
: 23 Tahun
Suku bangsa :
Sasak
Suku Bangsa : Sasak
Agama :
Islam
Agama : Islam
Pendidikan :
SMA
Pendidikan : S1
Pekerjaan :
IRT
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Mataram
Alamat : Mataram
B. Anamnese
1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan
2. Riwayat Menstruasi
Manarche : 14 tahun
Siklus Haid : 28 hari
Lama Haid : 7 hari
Flour Albus : ada tetapi tidak berbau dan tidak berwarna
Disminore : ada
3. Riwayat Kehamilan sekarang
HPHT : 26-03-2009
HTP : 2-01-2010
UK : 3 Bulan
a. Pergerakan janin : belum dirasakan
b. Keluhan umum : ibu mengatakan keluar darah segar dari kemaluan hingga
membasahi 1 – 2 pembalut mulai tanggal 19 Juni 2009, dan tidak ada pengeluaran
berbentuk gumpalan Pukul 20.00 Wita dan hari ini keluar darah banyak .
c. Tanda-tanda bahaya : tidak ada
d. ANC : 2 kali di Puskesmas Mataram
e. Obat-obat yang dikonsumsi (termasuk jamu) : tidak ada dan ibu sudah
diberikan tablet tambah darah pada kunjungan sebelumnya.
f. Imunisasi TT: 1 x, pada tanggal 6 Mei 2009
g. Kekhawatiran Khusus : ibu khawatir dengan keadaan kehamilannya saat ini
4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu:
Hamil Ke Usia Kehamilan Tempat Pertolongan Jenis persalinan Penolong Penyakit
kehamilan, persalinan, nifas Anak
Seks BB PB Umur sekarang
Ini - - - - - - - - -
5. Riwayat kesehatan/ penyakit yang pernah diderita atau yang sedang diderita
• Penyakit kardiovaskuler : tidak ada
• Penyakit Hipertensi : Tidak ada
• Penyakit Diabetes : Tidak ada
• Penyakit Malaria : Tidak Ada
• Penyakit kelamin/HIV AIDS : Tidak pernah dilakukan pemeriksaan lab
• Penyakit Hepatitis : Tidak pernah dilakukan pemeriksaan lab
• Penyakit Campak : Tidak ada
• Penyakit Tuberculosis : Tidak Ada
• Penyakit Anemia Berat : Tidak ada
• Penyakit Ginjal : Belum dilakukan pemeriksaan laboratorium.
• Gangguan Mental : Tidak ada
• Penyakit Asma : Tidak ada
• Riwayat Kembar : Tidak ada
6. Riwayat sosial ekonomi:
a. Status perkawinan : sah, menikah 1 kali, lama perkawinan 4 bulan.
b. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilannya saat ini
Ibu dan keluarga sangat senang dengan kehamilannya ini karena kehamilan ini
sudah direncanakan
c. Riwayat KB : tidak ada
d. Rencana KB : belum ada
e. Pengambilan keputusan pada keluarga : suami sebagai kepala keluarga
f. Diet/makanan sehari-hari
Yang Dibandingkan Sebelum Hamil Selama Hamil
Makan Minuman Makan Minuman
Jenis Bervariasi misalnya nasi, lauk, sayur-mayur, dll Air putih yang telah
dimasak Sama seperti sebelum hamil Sama seperti sebelum hamil
Frekuensi 3 x sehari 3-4 x sehari 3 x sehari 5-6 x sehari
Banyak Rata-rata 1 piring penuh 3-4 gelas sehari Satu piring 5- 6 gelas sehari
Tambahan Tidak ada Tidak ada Camilan Tidak ada
Pantangan Tidak ada Tidak ada Cumi-cumi, telur dan makanan laut lainnya Tidak
ada
g. Kebiasaan hidup sehat
Ibu tidak merokok, minum-minuman keras, dan mengkonsumsi obat-obatan selain
yang diberikan oleh bidan. Tetapi suami ibu merokok.
Personal hygiene
Yang Dibandingkan Sebelum Hamil Selama Hamil
Mandi 2 x sehari 2 x sehari
Ganti Pakaian 2 x sehari 2 x sehari
Gosok Gigi 2 x sehari 2 x sehari
Eliminasi
Yang Dibandingkan Sebelum Hamil Selama Hamil
BAB BAK BAB BAK
Frekuensi 1 x sehari 4-5 x sehari 2 x sehari 4-5 x
Konsistensi Padat Lunak - Padat lunak -
Kesulitan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
h. Beban kerja dan kegiatan sehari-hari
Yang Dibandingkan Sebelum Hamil Selama Hamil
Pola istirahat
- Siang
- Malam
± 1 jam
sehari
6-8 jam sehari
Sama seperti sebelum hamil
Sama seperti sebelum hamil
Pekerjaan Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti menyapu, mengepel,
mencuci dan memasak dengan bantuan anggota keluarga lainnya Sama seperti
sebelum hamil
Seksualitas 4 x seminggu 1 x seminggu
i. Tempat dan petugas yang diinginkan untuk membantu persalinan : Rumah Sakit dan
di tolong tenaga kesehatan.
Data Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmetis
Emosi : stabil
BB sebelum hamil : 51 kg
BB saat ini : 52 kg
TB : 157 cm
LILA : 25 cm
2. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70mmHg
N : 80x/menit
S : 36,7 oC
R : 24x/menit
a. Muka:
• Pucat : tidak ada
• edema : tidak ada
• Cloasma gravidarum : tidak ada
b. Mata
• Konjungtiva : tidak anemis
• Sklera : tidak ikterus
c. Payudara :
• Bentuk : simetris
• Pembesaran payudara : ada
• Areola : hiperpigmentasi
• Puting susu : menonjol
• Retraksi : tidak ada
• Dimpling : tidak ada
d. Abdomen :
Inspeksi
• Luka bekas operasi : tidak ada
• Linea : nigra
• Striae : tidak ada
• Konstraksi : tidak ada
Palpasi:
• Leopold I : TFU : 3 jari diatas simpisis, ballotement (+)
• Leopold II : -
• Leopold III : -
• Leopold IV : -
e. Ektremitas atas dan bawah
• Pada tangan: tidak ada edema, kuku tidak pucat.
• Pada tungkai: tidak ada edema, kuku tidak pucat, bentuk simetris, tidak ada
varises, refleks patella +/+
f. Pemerikasan penunjang :
HB : -
Gol. Darah : -
II. INTERPRETASI DATA DASAR
A. Diagnosa: G1P0A0H0, usia kehamilan 12 – 13 minggu, ballotement (+), K/U
Ibu baik dengan Abortus insipiens
Data dasar
- Ibu mengatakan hamil pertama, tidak pernah keguguran sebelumnya
- Ibu mengatakan umur kehamilannya 3 bulan
- Ibu mangatakan HPHT 26 Maret 2009
- Ibu mengatakan belum merasakan gerakan janin
- Ibu mengatakan keluar darah segar dari kemaluannya
- Tanda-Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,7 oC
R : 24x/menit
Palpasi : TFU : 3 jari diatas simpisis, ballotement (+)
Pemeriksaan dalam : VT Æ, flek (+),
CU/AF, AP/CD normal
B. Masalah : Kekhawatiran
Dasar : Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan kehamilan saat ini
C. Kebutuhan
- Penjelasan tentang keadaan kehamilan ibu.
- Dukungan motivasi dan dampingan bagi ibu
III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH
POTENSIAL
- Abortus incomplite
- Abortus complite
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG
MEMERLUKAN PENANGANAN ATAU TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
V. RENCANA ASUHAN YANG MENYELURUH
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Observasi K/U ibu dan perdarahan
3. Beri konseling tentang KB
4. Pemenuhan nutrisi
5. Beri terapi oral
VI. PELAKSANAAN
Hari/tanggal
: Senin, 22 Juni 2009
Jam : 19.40 Wita
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu K/U ibu baik dengan TD : 110/70
mmHg, N : 80x/menit, S : 36,7 oC, R : 24x/menit. Menjelaskan pada ibu bahwa
pendarahan yang dialami mengarah pada keguguran. Dan dalam hal ini kehamilan
ibu tidak dapat dipertahankan. Menjelaskan pada ibu bahwa keguguran yang
dialami ibu disebabkan oleh banyak faktor antara lain faktor umur dimana
berkaitan dengan kesiapan rahim ibu untuk hamil, yaitu rahim dibawah usia 20
tahun memang sudah dapat difungsikan untuk hamil tetapi lebih berisiko terutama
perdarahan. Faktor lainnya yaitu hubungan seksual dimana usia kehamilan 1 – 3
bulan perlu diperhatikan dari segi frekuensi, intensitas, serta penggunaan
pengaman.
2. Mengobservasi jumlah perdarahan, kemajuan HIS dan pembukaan serviks. Ibu
masih mengalami perdarahan ± 5 – 10 cc
warna merah segar, belum ada his dan pembukaan serviks.
3. Memberikan konseling tentang KB dengan tujuan menunda kehamilan setidaknya
sampai usia ibu 20 tahun dan untuk mengistirahatkan rahim ibu setelah
keguguran.
4. Memenuhi nutrisi ibu dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi
5. memberikan terapi obat oral yaitu parasetamol 500 gr
VII. EVALUASI
Hari/tanggal : Senin, 22 Juni 2009 Jam : 20.00 Wita
- Ibu mengetahui hasil pemerikasaan yaitu TD : 110/70 mmHg, N : 80x/menit, S :
36,7 O C, R : 24 x/menit. Dan ibu juga mengetahui bahwa dirinya keguguran dan
pada saat ini masih mengeluarkan darah.
- Ibu mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan yang telah dijelaskan dan
bersedia melaksanakannya.
- Ibu juga sudah menum obat yang diberikan
Hari tanggal : Selasa 23 Juni 2009
Pukul : 01.00 Wita
S : - Ibu mengatakan mengeluh perutnya terasa mules hilang timbul
O : - K/U ibu baik
- Kesadaran composmentis
- Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg, N : 82 x/menit, S : 36,5 oC, R: 20
x/menit
- Pengeluaran pervaginam yaitu keluar daradah segar yaitu dengan jumlah ± 5 cc
- Pemeriksaan dalam :
VT Æ tertutup,
CU/AF, AP/CD normal
A : - G1P0A0H0 UK 12 – 13 minggu ballotement (+) K/U ibu baik dengan Ab
Insipiens
P : - Memberitahu ibu bahwa keadaannya baik dengan TD : 110/70 mmHg, N : 82
x/menit, S : 36,5 oC, R : 20 x/menit dan tidak ada pembukaan serviks
- Observasi lanjut keadaan ibu
- Mengajurkan ibu untuk memenuhi nutrisi dan istirahat yang cukup
Pukul : 08.50 Wita
S : - Ibu mengeluh perutnya masih terasa mules
- Ibu mengatakan keluar darah bergumpal yang banyak
O : - K/U ibu baik
- Kesadaran composmentis
- Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg, N : 80 x/menit, S : 36,5 oC, R: 20 x/menit
- Pemeriksaan dalam :
VT Æ 1 jari
longar, teraba jaringan
A : - G1P0A0H0 UK 12 – 13 minggu ballotement (+) K/U ibu baik dengan Ab
incomplite
P : - Memberitahu ibu bahwa keadaannya baik dengan TD : 130/90 mmHg, N : 80
x/menit, S : 36,5 oC, R: 20 x/menit dan sudah ada pembukaan serviks
- Melakukan imforment concent
- Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk procuretage
- Memberikan premedikasi yaitu parasetamol 500 gr dan diazepam 1 tablet
- Dilakukan curetage oleh dokter
- Mengobservasi keadaan ibu dua jam pascatindakan
Hari tanggal : Selasa 23 Juni 2009
Pukul :
11.00 Wita
S : - Ibu mengatakan merasa lemas
- Ibu mengatakan sudah makan dan minum serta istirahat ± 1 jam
O : - K/U ibu baik
- Kesadaran composmentis
- Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, S : 36,6 oC, R: 20 x/menit
- Perdarahan ± 2 cc
A : - G1P0A0H0 UK 12 – 13 minggu ballotement (+) K/U ibu baik dengan Ab
komplite
P : - Memberitahu ibu bahwa keadaannya baik dengan TD : 120/80 mmHg, N : 80
x/menit, S : 36,6 oC, R: 20 x/menit
- Memberikan obat oral yaitu parasetamol (3 x 1), diazepam (3 x 1), SF (1 x 1)
- Meminta ibu untuk datang kontrol 6 hari lagi
PENYELESAIAN
Setelah memabandingkan antara teori dengan kasus yang
dikaji didapatkan beberapa kesenjangan antara lain :
1. Dilihat dari definisinya Abortus insipiens (sedang berlangsung) adalah
perdarahan pada kehamilan < 28 minggu dengan dilatasi servik meningkat, dan
hasil konsepsi masih dalam uterus. Gejala dan tanda: Amenore, Perdarahan
pervaginam, Mules-mules, Tanda-tanda kehamilan (+), Inspekulo: Ostum terbuka,
Ketuban (+). Namun pada kenyataannya pasien datang dengan keluhan perdarahan
pervaginam, dan terasa mules pada perut yang ringan tetapi setelah dilakukan
pemeriksaan dalam dengan hasil : VT Æ tertutup, CU/AF, AP/CD normal
diagnosa yang ditegakkan yaitu abortus insipiens.
2. Dilihat dari usia gestasi yaitu 12-13 minggu seharusnya evakuasi dilakukan
dengan peralatan Aspirasi Vakum Manual (AVM) setelah bagian-bagian janin
dikeluarkan namun pada prakteknya evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi
dan kuretase.
3. Pada teori dijelaskan bahwa jika perdarahan tidak seberapa banyak dan
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika
perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400
mg per oral. Namun pada kenyataannya terapi tersebut tidak dilakukan.
4. Sebelum dilakukan kuretase pasien tidak dianjurkan untuk berpuasa ± 6 jam. Berbeda dengan teori yang
ada.
5. Paska kuretase seharusnya diberikan terapi Metil ergometrin 3×1 tab dan
antibiotika. Namun pada kenyataannya tidak diberikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Adapun berbagai macam penenyebab abortus yaitu, kelainan hasil konsepsi,
kelainan plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia, trauma,
faktor-faktor hormonal, sebab-sebab psikosomatik, sebab dari janin, dan
lain-lain
Aborsi secara umum dibagi atas
aborsi spontan & aborsi provokatus (buatan). Aborsi provokatus (buatan)
secara aspek hukum dapat golongkan menjadi dua, yaitu aborsi provokatus
terapetikus (buatan legal) & aborsi provokatus kriminalis (buatan ilegal).
Dalam perundang-undangan Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat dalam
dua undang-undang yaitu KUHP & UU Kesehatan. Dalam KUHP & UU Kesehatan
diatur ancaman hukuman melakukan aborsi (pengguguran kandungan, tidak
disebutkan soal jenis aborsinya), sedangkan aborsi buatan legal (terapetikus
atau medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan.
Jika seorang wanita yang tengah
mengandung mengalami kesulitan saat melahirkan, ketika janinnya telah berusia
enam bulan lebih, lalu wanita tersebut melakukan operasi sesar. Penghentian
kehamilan seperti ini hukumnya boleh, karena operasi tersebut merupakan proses
kelahiran secara tidak alami. Tujuannya untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
janinnya sekaligus. Hanya saja, minimal usia kandungannya enam bulan. Aktivitas
medis seperti ini tidak masuk dalam kategori aborsi; lebih tepat disebut proses
pengeluaran janin (melahirkan) yang tidak alami.
B. Saran
àBerhati-hatilah dalam menjaga kandungan dan harus waspada terhadap setiap
komplikasi yang terjadi.
àMudah-mudahan dengan makalah ini kita dapat lebih memahami dan mengetahui
tentang aborsi. Sehingga kita tidak sampai melakukan tindakan aborsi karena
tindakan tersebut selain malanggar hukum, baik hukum agama maupun hukum
perdata, juga mempunyai banyak resiko atau akibat dari perbuatan aborsi.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,Arif,dkk.
2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, FKUI. Jakarta: Media
Aesculapius.
Morgan,
geri & Carole hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo,
sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Prawirohardjo,
sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC.
Fauzi, Ahmad. Lucianawaty, Mercy. Hanifah, Laily. Bernadette, Nur. 2002.
Aborsi di Indonesia.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan#Pengaturan_oleh_pemerintah_Indonesia)
kalau pada usia kehamilan 3 bulan ada cairan yang merembes dari dalam vagina itu kira-kira cairan ketuban atau bukan?terus bisa menyebabkan abortus ngga?
BalasHapusslam kenal erika,
Hapussaya akan coba menjawab prtanyaan mb erika, menurut sya mengenai cairan yg merembes dari dalam vagina itu tdk bsa langsung di pastikan itu merupakan air ketuban karena, saat hamil banyak cairan yang keluar dari vagina , dan pada kasus kehamilan 3 bulan ada cairan yg merembes dari dalam vagina dan itu adalah air ketuban kasusnya masih jarang di jumpai karena proses pecahnya air ketuban merupakan tanda-tanda pada saat akan melahirkan, kemungkinan pada usia kehamilan 3 bulan cairan yang merembes itu bukan air ketuban melainkan cairan yang lain misalnya cairan urin.
dan untuk kemungkinan menyebabkan abortus atau tidak jika belum di ketahui secara pasti cairan apa itu maka tidak bisa di katakan sebagai penyebab abortus. kecuali kalau sang ibu memang mengalami kelainan-kelainan lain. saran saya sebaiknya jika mendapati kondisi yang sudah mengganggu lebih baik langsung di periksakan langsung ke dokter spesialis kandungan supaya di ketahui kejelasannya agar tidak membahayakan kehamilan tersebut.
mohon maaf jika jawaban saya kurang lengkap karena saya msh dlm tahap belajar. trimss