I’ll Be There
‘Tak Seorangpun Bisa Mengerti Kedalaman Dari Kepedihan Hatimu’
“Kebaikan itu seperti
cinta...sulit di dapat. Tapi hasilnya memudahkan dan mengindahkan kehidupan.
Keburukan itu seperti kebencian...tapi tidak mudah di hentikan dan pasti mempersulit
kehidupan. Tak seorangpun bisa mengerti kedalaman dari kepedihan hatimu, jika satu-satunya orang yang bisa mencegahmu
dari menangis, justru yang membuatmu menangis.”
***
S
|
enja itu tak
seindah ketika matahari hampir condong ke barat yang menampakkan warna indah mempesona.
Senja itu hujan lebat, hingga tak ada cahaya sedikitpun yang bisa di lihat,
dunia seakan berubah menjadi gelap gulita dalam sesaat, ketika matahari indah
itu tertutup oleh awan hitam nan kelam. Gemuruh petir dan suara angin yang
begitu kencang terdengar sangat menyeramkan.Terlihat butiran-butiran air yang mengenai sebuah kertas putih, namun
air ini bukanlah air hujan yang sedang mengguyur bumi sore itu. Itu adalah butiran
air mata, air mata kesedihan yang keluar dengan sendirinya dari mata seorang
gadis yang sedang berbaring di kamar tidurnya yang empuk, matanya bertumpu pada
sebuah kertas dan pena yang semakin ia gerakan pena untuk menulis, semakin
deras pula air mata yang keluar dari matanya.
“Dear kertas putih. . .
Hari ini. . .aku kehilangan orang yang begitu
aku sayang...
Sahabat baikku. . .hari ini telah pergi
meninggalkanku,
bukan karena pergi bersama sahabat barunya,
melainkan pergi agar dapat terlepas dariku. . .
agar dia dapat menjauh dariku. . .
dan semua itu karena salahku. . .
andai waktu dapatku ulang dan. . .
andai aku di berikan “second choice”. . .
aku tak kan melakukan semua itu. . .
i’ll
be there
“azizah”
Tak terasa
kesedihan sendu itu rasanya membuat lelah dan tak sadar membuat penghuni kamar itu
pulas tertidur. Sampai akhirnya sebuah suara cempreng dari luar kamar
terdengar, dan memecahkan segala keheningan yang tercipta.
“wwoooooiiiiii....tukang
molor lagi ngapain si????di kamar mulu...cepet sini keluar...mau “gorengan
anget” kaga???”.
Gorengan adalah
sebuah makanan super favourit di semua kalangan, mulai dari kalangan
anak-anak,orang tua,orang muda,orang besar,orang kecil,tak terkecuali kalangan
pelajar desa,pelajar kota,artis papan atas, artis papan bawah,penyanyi papan
seluncur sampai ke penyanyi papan atas,pejabat,bahkan bapak Susilo Bambang
Yodhoyono pun alias bapak presiden RI 100% “doyan” makanan bergenre renyah,berminyak,gurih,dan
nikmat ini.
“Weehh...cepett
keluar kohh...nanti keburu abis sama aku nyesel loh......”
Suara cempreng itu
siapa lagi kalo bukan Miska si temen masa kecil Azizah. Azizah sudah lama
berteman dengan Miska, bahkan bisa di bilang mereka adalah temen “seperOrokan”
alias temen dari mereka masih “orok”.
“bisa di kecilin
ngga si itu volume cemprengmu Mis???”berissiiikkk tauuu....lagian siapa yang
lagi molor !!” Azizah keluar dari kamarnya dan langsung melempar bantal ke arah
Miska.
“huuh..lagian dari
tadi di panggilin ngga nyaut-nyaut, di luar ujan gede banget tau...ngapain di
kamar sendirian kalo ngga lagi molor???” tanya Miska ketus.
“tadinya mau tidur
tapi ngga jadi gara-gara suara berisikmu”. Azizah berjalan meninggalkan Miska
dan mengambil pisang goreng anget yang ada di meja.
“oohhh gituuu...”.
tuh kan....tuh kan..maen ambil aja, ngga minta dulu...!!?!”. Miska mengambil
pisang goreng di tangan Azizah yang hampir di gigitnya.
“hhiiii tadi
bukannya aku di tawarin???” Azizah merebut kembali gorengan di tangan Miska dan
langsung melahapnya.
“uukkhh itu kan
tadi, sebelum kamu nglempar bantal ke mukaku, dan ngatain aku cempreng daaaan
berisik..”
“halah gitu aja
ngambek...cantik-cantik kok ngambek....nanti cantiknya ilang lohhh?? Ejek
Azizah dengan nada menggodanya yang alay saat melihat muka temannya mulai
kesal.
“heemmmm mulai deh
mulai...” Miska mengacak- acak rambut Azizah.
“oohh
tidaaa...sini kamu sini...” Azizah membalas mengacak- acak rambut Miska.
Akhirnya pertarungan sengit pun di mulai oleh kedua gadis ini, mereka saling
meledek dan mengacak-acak rambut temannya,hingga tak ada yang menang dan yang
kalah karena keduanya sama-sama kuat dalam pertarungan sengit itu.
“aaahhh
udah..udah..aku cape ondol...”ucap Azizah setelah beberapa menit terlibat dalam
pertarungan.
“huh..berarti kamu
yang kalah...dan kapan si Zah kamu berenti manggil aku ondol???”
“aku ngga akan berenti
doong.. selama kamu masih jadi temenku hehe...”
“maksudmu sahabat yaa
Zah??”
“bukan...tapi
teman....”
“loh tapi bukanya
aku sahabat kamu Zah...???”
Azizah tersenyum
renyah dan langsung berlalu dari hadapan Miska tanpa mengatakan sepatah katapun.
Miska tak mengejarnya, sedetik saja dia melayang dan kebingungan karena sifat
temannya itu. Beribu pertanyaan muncul di benak Miska tentang “mengapa Azizah
ngga jawab saat aku tanya..apa aku sahabatnya?apa selama ini Azizah ngga
menganggapku sebagai sahabat?mungkinkah???”.
***
Pukul 06.00, Azizah sudah siap untuk
berangkat ke sekolah. Baru-baru ini Azizah sering terlambat masuk sekolah, tapi
hari ini dia ingin mendapat awal yang baik, dan tidak boleh terlambat lagi ke
sekolah.
“hai Zah...”sapa
Miska saat Azizah sudah siap menyalakan motornya.
“hai Mis..ada
apa?kamu mau berangkat bareng aku atau di anter?”
“eemm..aku di
anter kok Zah..”.
Walau satu arah
Azizah dan Miska itu beda sekolah. Sekolah Azizah berada kurang lebih 10 meter
lebih jauh dari sekolah Miska.
“terus ada apa
Mis?kok mukamu tegang dan lemas banget gitu sih?belum sarapan yaa??” tanya
Azizah khawatir kalo saja memang benar Miska lemas karena belum sarapan.
“akuuu udah
sarapan kok..cumaaa...”
“Cuma apa Mis?aku
udah siang iniii mau berangkat, cepet owg ngomongnya..”
“Cuma....aku mau
bilang...kamu ati-ati di jalan jangan ngebut-ngebut yaahh..aku pergi
dulu..daaaddaaahhh...”
Azizah
mengernyitkan keningnya. Dia bingung melihat tingkah temannya itu, karena
biasanya boro-boro Miska bilang ati-ati, yang ada pulang sekolah aja Azizah mau
pulang atau ngga pulang dia ngga peduli, malah seringnya Miska selalu bilang
supaya Azizah ngga pulang aja sekalian ke rumah supaya dia bebas ngga ada yang
gangguin dia, khususnya saat makan gorengan kesukaannya “pisang goreng”.
“kenapa Zizah ngga
ngomong apa-apa ya?padahal kan kemaren dia belum jawab pertanyaanku??apa dia
udah lupa ya?atau pura-pura lupaa??” keluh Miska dalam hati. Kali ini hatinya
benar-benar berperang dengan segala pertanyaan yang muncul dalam otaknya.
“Azizah...???tunggu...”
teriak Maya teman satu kelas Zizah sambil berlari mendekat ke arah Zizah.
“iya..kenapa me?”
“PR matematika
udah belom?pagi ini di kumpulin kan?”
“iya udah..ini mau
ngumpulin, mau sekalian?”
“yauda ayo bareng
aja Zah...”
“iya..ayoo..”
Seharian ini
Azizah benar-benar tidak fokus dalam belajar,tidak fokus dalam berjalan,tidak
fokus dalam memperhatikan,tidak fokus dalam bergaya,tidak fokus dalam berlari,bahkan,tidak
fokus dalam ber”ngesot”,berdiri,berduduk,serta berdoa. Setelah mengumpulkan
tugas matematikanya bersama Maya, Azizah hanya diam tanpa mengatakan sepatah
katapun, sampai bell pulang sekolah berbunyi. Fikirannya sedang kacau, seharian
ini yang di isi dalam otaknya adalah terus memikirkan Zulfa, sahabat baiknya waktu
SMP yang baru-baru ini telah meninggalkannya,memutus hubungan dengannya,dan
menjauh darinya.
“Dear kertas putih. . .
Sedih dan bahagia adalah warna mutlak--
di atas hamparan lukisan kehidupan di dunia
ini.
Jujur tanpa curiga bersih tanpa perasaan itu
lah hati...
Tenang berbaring dan sedikit berfikir ,
munkin sekarang ini yang aku butuhkan...
Karena itu adalah obat yang paling murah
untuk segala penyakit jiwa dan dengan kehendak baik jam demi jam pemakaiannya
akan makin nyaman. . .
I’ll
be there
“azizah”
Azizah selalu
merasa bersalah tentang apa yang sudah dilakukannya yang ternyata telah
menggoreskan luka di hati sahabatnya. Jika mengingat hal itu Azizah benar-benar
merasa sangat bodoh dan menyesal. Walaupun semua yang di lakukannya semata-mata
hanya karena ingin melindungi dan mempertahankan persahabtannya dengan Zulfa,
yang tanpa berfikir panjang dan di pertimbangkan terlebih dahulu. Dan akhirnya
ternyata tak seperti yang dia duga semuanya akan menjadi rumit seperti sekarang
ini.Namun, jika Azizah berfikir untuk menyalahkan waktu, dia juga tak dapat
mengontrol dirinya,karena dia juga tahu bahwa tak ada waktu yang sudah terlewat
dapat kembali lagi. Harapannya sekarang adalah akankah ada kesempatan kedua
untuknya....atau dapatkah dia di berikan waktu sedetik saja agar dapat
berbicara dengan sahabatnya lagi, untuk mengatakan bahwa sebenarnya dia tidak
bermaksud melakukan semua itu, pura-pura menjauhi Zulfa saat di sekolah,
pura-pura cuek dan mengabaikan apa saja yang Zulfa katakan dan tanyakan,
pura-pura ingin melupakan Zulfa untuk selamanya, dan membiarkan Zulfa sendirian
tanpa teman, semua itu di lakukan Azizah karena terpengaruh oleh Anita dan Rina.
Anita dan Rina adalah dua gadis yang sudah lama tidak menyukai Azizah dari waktu
SD, dia sangat tidak rela kalau melihat Azizah senang bersama siapa saja yang
tidak di sukainya. Dan Zulfa adalah satu-satunya anak yang tidak di sukai Anita
dan Rina saat SMP, di tambah lagi Zulfa menjadi teman dekat Azizah. Itulah awal
kebencian itu terjadi. Saat dimana Anita dan Rina berniat akan menghancurkan
persahabatan yang sangat di benci mereka yaitu persahabatan Azizah dengan
Zulfa. Awalnya Anita dan Rina berpura-pura ingin menjadi sahabat Azizah dan
meyakinkan Azizah kalau Zulfa itu adalah anak yang tidak baik dan sombong.
Namun, lama-lama Azizah mengetahui maksud tidak baik dari kedua temannya itu.
Akhirnya tanpa berfikir panjang dan mempertimbangkannya terlebih dahulu, Azizah
menjalankan rencananya sendiri, yaitu untuk mengikuti jalan permainan Anita dan
Rina untuk menyakiti Zulfa, tapi sebenarnya dia hanya akan melakukannya dengan
pura-pura. Namun, pada akhirnya tanpa Azizah ketahui apa yang di lakukannya
dengan tidak sengaja telah benar-benar menyakiti Zulfa. Itu lah awal
pertengkaran yang sangat menyedihkan antara Azizah dan Zulfa. Azizah
benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa hingga tanpa ada sepatah katapun yang
dapat dia lontarkan kepada sahabatnya, hingga pada akhirnya hanya penyesalan
yang di dapatnya pada akhir pertengkaran itu. Dan sampai saat ini Azizah hanya
dapat berharap di berikan kesempatan agar dapat menjelaskan apa yang sebenarnya
terjadi kepada sahabatnya itu bahwa,sebenarnya dia melakukan semua yang sudah
terjadi itu adalah bukan karena dia benar-benar tidak ingin berteman dengan
Zulfa lagi, melainkan karena dia ingin tetap bersama Zulfa selamanya....”she
needs second choice”.
“Zah..kenapa kamu tega nglakuin ini sama
aku???apa aku punya salah sama kamu Zah??apa kamu bener-bener benci sama aku
Zah???tapi kenapa???bukannya kita itu sahabat Zaahhh????”tanya Zulfa sambil
menangis tersedu-sedu.
“aku...aku ngga benci sama kamu Zul...kamu
ngga usah nangis kaya gini Zul..”. jawab Azizah bingung.
“aku bener-bener sakit ati Zah...kenapa
kamu ninggalin aku sendiri..aku sendirian Zah..???aku minta maaf kalo aku salah
Zah???kamu jangan kaya gini dong...kamu bilang aja kalo aku ngeselin
Zah???jangan tinggalin aku Zah???aku sendiriaann...” rengek Zulfa sambil
memeluk tangan Azizah dengan erat.
“aku bilang jangan nangis Zul...”. jawab
Azizah sambil mengusap pundak sahabatnya itu.Dia benar-benar bingung dan sangat
tidak suka melihat sahabatnyamenagis di depannya.
“lalu apa Zah???apa yang harus aku
lakuin??? Zulfa terus menangis tersedu-sedu sampai matanya terlihat sipit
karena terlalu banyak mengeluarkan air mata.
Azizah hanya diam.
“Zahhh...kalo ini yang kamu mau ya
udah...makasih untuk semuanya...aku sayang banget sama kamu
Zahhh....tapi...kata-kata Zulfa terhenti, beberapa saat kemudian saat air
matanya sedikit redup Zulfa berkata...
“ini yang terakhir...”. Zulfa berlalu
meninggalkan Azizah dengan mata yang masih basah.
Azizah masih tetap diam tanpa sepatah
katapun, dalam hatinya dia menjerit dan ingin menangis sekencang-kencangnya.
Hatinya begitu sakit bak tersayat pedang. Di dalam benaknya hanya ada kata-kata
salah...salah...dan salah...dan tanpa terasa air matanya sudah bercucuran
membasahi pipinya yang merah. Namun Azizah tetap diam tanpa ada sepatah katapun
hingga Zulfa pergi meninggalkannya sendirian.
Sejak saat itulah Azizah dan Zulfa semakin
jauh dalam berhubungan bahkan, saat mereka masih bisa bertemu di sekolah atau
di manapun mereka hanya saling menatap dan diam. Itulah yang terus-menerus
mereka lakukan. Zulfa bersifat seolah-olah tak ingin bertemu dengan Azizah lagi
karena menurutnya Azizah memang bukan sahabat yang baik untuknya, sedangkan
Azizah terus menerus memikirkan kesalahannya dan mencari cara bagaimana membuka
mulutnya untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada sahabatnya,namun
mulutnya tetap saja terkunci dan diam dalam penyesalan yang semakin hari
semakin mendalam dan mengusik ketenangan hatinya sendiri.
Persahabatan
Azizah dan Zulfa itu bisa di bilang seperti sebuah drama korea yang
menceritakkan dongeng yang di perankan dalam kehidupan nyata dan di tampilkan
dari beberapa episode “kegundahan hati”.
“assalammualaikumm....”
“waalaikum
salam..eehh pulang cepet yaa..memangnya ngga les???” suara merdu nan lembut
helaiannya itu adalah punya mama Zizah tercinta.
“engga ma...cape
banget ma...banyak tugas juga....”
“eemm ya sudah...ngga
usah mrengut gitu doong...ganti baju duluuu..terus mau makan dulu atau mau
langsung istirahat tidur aja?”
“langsung tidur
aja ya ma?”
“ya sudah..yang
penting udah shalat kan??”
“udah kok
ma..aauughh mulai pusing juga ini...”
“mama bikinin susu
coklat mauuu???”
“mau tidur aja.”
“loh tumben ngga
mau...kenapa , kok mama liat seperti lagi ngga enak sekali...ada masalah??”
Azizah hanya diam
, lalu dengan lembut merebahkan kepalanya ke pangkuan mama tercinta. Rasanya
itu satu-satunya obat untuk penenang fikiran dan hatinya sejenak. Yang sejak
pagi tak bisa di fungsikannya dengan baik karena “problem loading” tentang
sahabat SMPnya yang bernama Zulfa itu.Menutup mata sesaat agar bisa berfikir
jernih kembali.
“maaa...mama
pernah punya sahabat ngga?”
“eemm..punya.”
“terus sekarang
mama masih sahabatan sama sahabat mama itu?”
“masih..kenapa
sayang, kok tumben tanya seperti itu?”
“mamaaa...mama
pernah punya salah ngga sama sahabat mama?”
“pernah...tapiii
waktu itu mama langsung baikan,teruuuus kami mengaku sama-sama salah.”
“terus ma?”
“ya terus kami
baikan dong..sahabatan seperti biasa lagi..”
Azizah kembali
diam, kali ini diam bukan karena tidak bisa memikirkan pertanyaan apa lagi yang
akan di ajukan untuk menginterogasi mamanya, tapi berfikir apa yang mama
katakan “mengaku sama-sama salah”. Apa itu bisa jadi salah satu kata-kata bagus
nan indah yang memang ingin di dengarnya saat ini.
“mama makasih
yaaa....” Azizah tiba-tiba bangun dan memeluk mamanya.
“walahh
sudah..sudah..sana lah..di suruh ganti baju koh..peluk-peluk mama,masih bau
keringet gitu...”
“aaahhh biarin
biar mama ikut bau...”
“uuuhhh dasar
bocah satu ini yaaaa..udah gede koh masih manja sekaliiii....” sahut mama Zizah
sambil mengusap-usap rambut putrinya dengan lembut.
***
Senja
ini matahari begitu indah, mendamaikan hati siapa saja yang melihatnya,
warnanya yang “orange” bercampur merah dan kuning begitu sempurna memancarkan
cahaya yang hampir redup itu, pesonanya yang menawan membuat Azizah terpaku di
sudut jendela kamarnya.
“apa
aku bisa mendapatkan kedamaian ini setiap saat???”gumamnya dalam hati.
Tiba-tiba
Azizah teringat dengan perkataan mamanya...“mengaku
sama-sama salah” dan “sahabatan seperti biasa lagi”. Sedetik saja tangannya
lansung menyambar Hand Phone yang berada tak jauh dari tempatnya berada,
kemudian di tekannya beberapa tombol Hand Phonenya dengan wajah berseri-seri
dan tak lama setelah itu, Azizah duduk terpaku tak bergerak sedikitpun,
pandangannya mendung dan terlihat titik-titik air yang menetes di pipinya.
Wajah berseri itu bagai lenyap di telan bumi hanya dalam sekejap saja.
“dear kertas putih. . .
Kata-kata mama itu benar-benar membuat aku
sadar...
Baru saja aku mencoba menghubunginya...
Sahabatku..Zulfa...aku baru saja berharap
lebih lagi darinya...
Apa dia sudah benar-benar melupakkanku????
“Zul...apa kamu benar-benar tak ingin
mengingatku lagi..????”
Ataukah memang kamu begitu sibuknya...
Sampai-sampai tak bisa menjawab telvonku...
Atau kamu memang sengaja menghapus namaku di
Hpmu...
Dan membiarkan aku tak mengetahui bagaimana
menghubungimu lagii....
I’ll
be there
“azizah”
Azizah
benar-benar merasa menjadi manusia super “galau” saat ini, karena kali ini dia
benar-benar berfikir cerdas agar dapat cara bagaimana dia bisa menghubungi
Zulfa bahkan bertemu dengan Zulfa secara langsung. Azizah sadar sudah berapa
banyak waktu yang sudah dia habiskan dengan percuma hanya untuk “bergalau ria”
dan “bersalah ria” atas segala “problem loading”nya yang dia ciptakan untuk
memikirkan Zulfa. Kali ini tekadnya sudah bulat bagaimanapun caranya, dia harus
bisa bertemu dan berbicara dengan Zulfa. Walaupun nantinya hanya sedetik saja
dia mendapatkan kesempatan untuk membuka mulutnya kembali di hadapan Zulfa,
yang dia ingin katakan hanyalah satu kata singkat....yaitu....“MAAF”.
“mama...?besok
Zizah mau pakai motor sebentar deh kayanya...”. Azizah duduk di samping mamanya
yang sedang asyik menonton TV.
“loh..mau
kemana?bukannya besok ngga ada acara apa-apa...kan libur?”
“eemm
iya siii...tapii....”
“tapi
apa??mau maen???” mama Zizah langsung memotong kata-kata anaknya dengan
sengaja.
“iihhh
denger dulu mama...besok itu ada urusan yang perlu Zizah selesaikan..ngga papa
ya ma..???”
“urusan
apa ituuu mbaa?setau mama anak mama yang satu ini ngga pernah ada urusan yang
ngga mama tau deehhh...” ucap mama Zizah dengan nada meledeknya.
“heemm
mama..anak mama ini kan udah gede..udah SMA loh sekarang ini..jadi pasti ada
urusan yang mama ngga perlu tau dong..positif kok maa...tapii rahasia anak
muda..hehe”
“walah
paling-paling urusan pisang goreng sama si Miska atau ngga cari coklat sama es
krim keluaran terbaru....atau mau download naruto...dari pada gitu mending ajak
maen adikmu saja owg mbaa....”. Mama Zizah ini adalah super mama yang tau
segala kesukaan dan kebiasaan anaknya dari mulai bangun tidur hingga tidur
lagi. Pokoknya ngga ada yang mama Zizah ngga tau deh tentang Azizah, terutama
kesukaan Zizah yang sangat maniak dengan kartun naruto dari CD/DVD,komik,cerita
semua sudah pernah di miliki anak perempuan semata wayangnya itu.
“lah
males ngajak ade maen mah...yaaa terserah mama juga deh mau menduga-duga
apa..yang penting Zizah udah minta izin loh yaa..hehe”
“hemm
ya sudah..yang penting jangan kesorean pulangnyaa...”
“siiiaapp..makasi
mama.....”
Malam
ini Azizah benar-benar tak bisa tidur, fikirannya terus menerus bekerja
membayangkan bagaimana dengan besok. Setelah izin dari mamanya sudah di dapat
sekarang ini waktunya dia berfikir rencana yang akan di jalankannya besok.
Rencana untuk menemui sahabatnya. Menurut info yang sudah di dapatnya, Zulfa
berada di rumah besok dan nomer Hpnya pun sudah Zizah dapat. Tapi mulai dari
pagi Azizah hanya mengirimi pesan singkat pada sahabatnya berpuluh-puluh kali
dengan pesan yang sama “i’ll be there”.
Terkesan seperti orang yang sedang “meneror” tapi bukan itu maksudnya melainkan
karena tak ada kata yang bisa dia katakan untuk sahabatnya sejak pagi ini.
Perasaannya campur aduk antara senang, sedih,bingung, dan bimbang. Sesekali ada
balasan dari sahabatnya yang lagi-lagi bertanya “siapa ini???”. Azizah hanya
tersenyum kecut membacanya.
“dear kertas putih. . .
Apa semua yang akan aku lakukan ini benar.
.???
Aku gugup, namun tak sabar menunggu. . .
Kali ini aku sudah memikirkannya dengan
matang
tentang apa yang akan aku lakukan. . .
Aku akan cepat menyelesaikan masalah yang
sudah berlarut-larut ini...
Tunggu aku Zulfa...aku akan ke sana...
Ini lah. . . kesempatan keduaku
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
I’ll
be there
“azizah”
***
Pagi
ini benar-benar dingin, sampai-sampai burung-burungpun malas berkicau karena
dinginnya angin yang berhembus kencang. Tapi hawa dingin itu tak sedikitpun
terasa pada tubuh gadis yang sedang sibuk membersihkan halaman rumahnya. Pagi
ini Azizah harus cepat menyelesaikan tugas liburannya, karena hari ini adalah hari
untuk menjalankan misinya untuk bertemu dengan sahabatnya. Setelah semuanya
selesai Azizah langsung pergi mandi dan bersiap untuk pergi ke rumah Zulfa.
Azizah benar-benar tidak sabar menantikan momen dapat bertemu dengan sahabatnya
kembali yang sudah lama sekali tak di jumpainya. Kali ini tekadnya sudah sangat
mantap untuk segera menyelesaikan masalah dengan Zulfa, yang sudah di
biarkannya berlarut-larut selama ini.
“mamaa...Zizah
berangkat yaa..Assalammualaikum.....”. Azizah berpamitan sambil mencium tangan
mama tercintanya.
“loh
kok ngga sarapan dulu...kebiasaan deh ah...ya udah ati-ati di jalan,gausa
ngebut-ngebut,jangan kesorean pulangnyaa....”
“oke
mama...”
Azizah
bergegas menyalakan motornya dan langsung tancap gas ke rumah Zulfa....
“aaaaaaaaa akhirnya hari ini
datang juga....”. teriak
Azizah dalam hati.
Sebenarnya
tak ada rangkaian kata-kata sedikitpun yang seharusnya sudah di siapkan Azizah
sejak tadi malam. Semalaman suntuk hanya di habiskannya untuk lembur “bengong”
tak ber”irama sedikitpun dalam ingatannya. Jika di bilang “nekad” Azizahlah
orangnya, dia benar-benar yakin untuk menyatroni rumah orang yang tak tau akan
menerimanya sebagai tamu atau tidak, bahkan kemungkinan besarnya adalah dia
akan di usir atau si pemilik rumah akan pura-pura tak berada di rumah, atau mengabaikannya
begitu saja di depan rumah bagaikan jamur liar yang menempel di gordeng kamar
mandi. Tapi itulah Azizah, dia akan penasaran seumur hidupnya jika tidak
mendengarkan perintah dari “suara hatinya”. Baik itu perintah yang membuatnya
baik ataupun perintah yang membuatnya sangat buruk sekalipun. So...maju terus
pantang mundur itulah semboyannya saat sampai di depan rumah Zulfa, yang
ternyata rumahnya tampak sepi dan seperti tidak ada orang. Rasa kecewa sudah
sedikit muncul di wajahnya, tapi itu tak membuat Azizah menyerah, dengan
memberanikan diri Azizah berusaha sekuat tenaga melawan rasa “deg-degan tak
karuan” dalam hatinya dan memutuskan mengetuk pintu.
TOK...TOK..TOKK...
!!!!
“Assalammualaikuuuuummmm....”
Beberapa
kali Azizah berusa mengetuk pintu itu, namun tetap tak ada jawaban. Sampai
akhirnya Azizah lemas dan duduk bersandar di teras rumah Zulfa.
“apa ngga ada orang yaa..???”. tanya Azizah dalam hati dengan kecewa.
“Waalaikumsalaaamm....”.
tiba-tiba suara merdu memecah keheningan dan membangunkan Azizah dalam
lamunannya.
Beberapa
saat kemudian pintu rumah terbuka dan BUUUUMMMM !!!!!!
“ini Zulfa...benar-benar
Zulfa ...sahabatku....”. jerit
Azizah bahagia dalam hati.
“a..ee..kaa..ee..kamu
Zah...???” tanya Zulfa gagap seolah dia baru bertemu dengan orang asing yang tiba-tiba
mengusik kedamaiannya saat bersantai di rumah.
“hai
Zul..apa kabar..tolong...aku pengen bicara sebentar sama Zulfa....bisakah
Zul..???” tanya Azizah tanpa sengaja langsung mengutarakan maksud dan tujuannya
sebelum di tanya karena takut kedatangannya akan langsung di tolak oleh Zulfa.
“kebetulan
aku lagi sendirian di rumah...jadiiii silahkan masuk........”jawab Zulfa masih
dengan nada gugup yang di buatnya seolah-olah tenang dan biasa saja.
“makasih
ya Zull...” ucap Azizah riang.
“eemm
ya.” silahkan duduk..mau minum apa Zah?” tanya Zulfa dengan nada gugup yang
lagi-lagi di buatnya seolah biasa saja, namun matanya sedikit berkaca-kaca.
“makasih
Zul..tapi ngga usah repot-repot..aku ke sini hanya pengen minta waktu kamu
sebentar untuk mendengarkan aku bicara...”. Azizah menunduk takut kalau-kalau
Zulfa tak senang dengan perkataannya dan langsung mengusirnya.
Zulfa
hanya mengangguk dan duduk berhadapan dengan Azizah.
Azizah
sedikit lega Zulfa sepertinya mau mendengarkannya. Namun, ternyata beberapa
menit Azizah hanya diam tanpa mengatakkan sepatah katapun. Azizah bingung,
dalam fikirannya bukan memikirkan apa yang akan di ucapkannya saat ini,
melainkan dia teringat kenangan lama yang menggores luka pada hatinya terlebih
pada sahabatnya yaitu Zulfa. Tanpa sadar Azizah hampir meneteskan air matanya
kembali.
“Zah..??kenapa
diem..katanya mau ngomong..??”. suara Zulfa mengagetkan Azizah dan membuatnya
tersadar dengan tujuan utamanya datang menemui Zulfa.
“oohh
iya..iya..aku..akuu...ituuu..anuu..” .Azizah gagap dan tak tau apa saja
kata-kata yang keluar dari mulutnya yang seharusnya tak di ucapkannya.
Zulfa
hanya diam dan memandang Azizah. Matanya semakin terlihat berkaca-kaca.
“Zuull...akuu...aku...”bissmilahhh”...aku
Cuma pengen minta maaf sama kamu Zul..aku pengen jelasin semua yang udah aku
lakuin dulu sama kamu dulu itu sebenarnya ngga bener
Zul...aku...aku..nyeseelll..aku salah..aku minta MAAF Zul...????” ucap Azizah
dengan lantang tanpa menyadari air matanya telah keluar dari matanya dan
membasahi pipi merahnya.
Zulfa
hanya tertunduk tanpa sepatah katapun. Dan itu membuat Azizah semakin bingung,
namun tiba-tiba Zulfa bangun dari duduknya dan langsung memeluk Azizah.
“Zaahh..aku
tau..aku udah tau semuanya...kamu ngga salah Zah, aku...aku minta maaf...” ucap
Zulfa sambil menangis tersedu-sedu dipundak Azizah. Azizah tak menyangka kalau
semua akan jadi seperti ini. Azizah semakin bingung dengan semua itu. Di
fikirannya benar-benar terlintas beribu-rubu pertanyaan yang memenuhi serambi
kanan dan serambi kiri otaknya.
“tapi..Zul,
kenapa? Kenapa kamu harus minta maaf? Kalau kamu sudah tau semuanya aku sudah
lega..dan itu aja udah cukup Zul...” ucap Azizah pelan sambil berusaha
menenangkan Zulfa agar tidak menangis lagi.
“yaa
Zah..karena akulah yang sebenarnya jahat..ngebiarin kamu sakit hati dan
berjuang sendirian untuk menghadapi semua ini...aku tau kamu ngga salah,
tapitetep ngebiarin kamu dalam rasa bersalah...dan semua itu aku lakuin karna
aku pengen bales apa yang kamu lakuin yang udah ngebuat aku ngrasa bingung
memikirkan apasalahku, hingga kamu mau ninggalin aku,yang ternyata itu semua
hanya permainan kamu.. aku minta maaf Zah...aku bener-bener seorang pengecut,
dari dulu aku hanya mengulur-ulur waktu untuk meminta maaf sama kamu Zah..tapi
aku ngga pernah berani...dan pada akhirnya sekarang kamulah yang lagi-lagi
lebih baik di bandingkan denganku..lebih berani datang mengakui kesalahan....”
jelas Zulfa panjang lebar.
Kali
ini perasaan Azizah benar-benar “bunglon” alias berwarna warni, tapi sepenuhnya
sekarang ini adalah warna cerah yang memenuhinya. Karena apa yang selama ini
dia takutkan ternyata tidak sepenuhnya menjadi kesalahannya. Penjelasan yang
seharusnya panjang lebar di paparkannya, namun ternyata sudah lebih di paparkan
dengan jelas oleh Zulfa.
“jadi
selama ini kamu juga pengen ketemu aku yaa Zul??”. Tanya Azizah tanpa menjawab
terlebih dahulu pernyataan Zulfa yang sudah begitu panjang.
“iya
Zah...Zahh...apa kamu masih nganggep aku sahabatmu Zahh???”. Tanya Zulfa.
Azizah
hanya menjawabnya dengan senyum.
“apa
kamu punya makanan yang bisa di makan Zul..aku laper sekali ini belum makan
dari pagi..hehehe...”. cetus Azizah tiba-tiba tanpa memikirkan bagaimana
memalukannya pertanyaan yang terlontar dari bibirnya itu untuk meminta makanan
pada orang tanpa beban sedikitpun.
Zulfa
tertawa dan langsung mengambilkan Azizah segelas teh manis dan sepiring pisang
goreng.
“ini
Zah..ayo rah di minum..sama ini pisang goreng...enak loh mamaku yang buat..”
kata Zulfa dengan wajah yang mulai berseri kembali.
“aduuhh
jadi ngrepoti banget ya Zul..maaf ya...hehehe”. Modus Azizah sambil menyeruput
tehnya.
“aahh
ngga apa-apa, kan dari awal udah tek tawarin..hehe”. jawab Zulfa sambil tertawa renyah.
“emang bener nih kata
mama..urusanku ngga bakal jauh-jauh dari tebakannya..buktinya sekarang aku lagi
berurusan sama pisang goreng, walau bedanya bukan urusan pisang goreng sama si
Miska tapi sama si Zulfa..hehehe”. celoteh Azizah dalam hati.
Tak
terasa waktu begitu cepat berjalan sampai jam menunjukan pukul 03.45 . namun,
obrolan kedua gadis yang bagaikan 100 tahun terpisahkan oleh jarak,ruang,dan
waktu ini terasa membutuhkan pengulangan waktu yang sangat banyak lagi hariini,
karena reuni mereka ingin tetap di lanjutkan sampai akhir cerita. Tapi semuanya
harus “to be continue” karena Azizah sudah janji ngga akan pulang kesorean pada
mama tercinta.
“cepet
banget yaa Zah..waktunya....???padahal aku masih pengen crita banyak...”. kata
Zulfa kecewa karna Azizah harus pulang.
“hehe..iya..yaa...yauda
lain waktu kita sambung...kalo kita sama-sama ada waktu luang,kita bisa janjian
buat ketemuan..oke..”. ucap Azizah sumringah.
“ssiiipp
deh Zah..”. jawab Zulfa bersemangat.
Sepulang
dari rumah Zulfa, Azizah benar-benar sangat senang. Dia berhasil menjalankan
misinya hari ini dengan SUKSES !!! namun, hari ini bukan akhir dari
permasalahannya. Karena dalam obrolannya dengan Zulfa tadi, bukanlah obrolan
yang mengenakan hati sepenuhnya. Bahkan, sampai sekarang Azizah dan Zulfa masih
sama-sama tak mengetahui tentang apa yang mereka fikirkan satu sama lain
sebenarnya. Khususnya Azizah, yang tak tau bagaimana “ending” dari “problem”
yang membuat gundah dan bimbang hatinya. Semua akan di biarkannya berjalan
dengan sendirinya, termasuk Zulfa yang dia akan biarkan jauh darinya lagi untuk
waktu yang tak bisa dia tentukan sendiri. Yang sudah terjadi di buatnya sebagai
catatan masa lalu yang suatu saat berharap dapat dia bukukan dan di terbitkan oleh
penerbit yang sudah terkenal seperti Erlangga, Gramedia, dan lain sebagainya.
“dear kertas putih. . .
Kini aku tau. . .semua masalah dan kesedihan
yang menyelinap secara diam-diam ke dalam hati, itu dapat menjadikan kita sebagai
manusia yang sempurna. . .Sekarang ini tidak perlu aku fikirkan pertanyaan “apa
aku punya sahabat”?Apa aku punya “GENG” dan sebagainya. . .Tapi bagaimana aku
bisa mendapatkan sebanyak-banyaknya teman. . .teman dari banyak kepribadian,
teman yang memiliki banyak kelebihan yang perlu aku lihat, dan teman yang
diam-diam aku ketahui segala kejelekan dan kejahatannya yang perlu aku
rahasiakan. . .Aku berubah. . .bukan karna ingin melupakkannya. . .aku menjauh
saat ini bukan karna tidak membutuhkannya. . .aku egois bukan karna aku tak ingin
melalaikannya. . .dan aku mengetahuinya bukan karna untuk membuat semuanya
berakhir. . .semua orang memiliki topengnya masing-masing, lain di luar, lain
pula di dalam. . .
Sedih dan bahagia adalah warna mutlak diatas
hamparan lukisan kehidupan di dunia ini. . . .
“Azizah”
“hayooo...lagi
ngapain...kok senyum-senyum sendiri sii???” goda mama Zizah saat melihat
putrinya yang sedang asik melamun.
“hemm..mamaa...ngagetin
aja dehh..”.
“lagian
anak gadis ngga boleh kebanyakan nglamun ah..”.
“iyaa
mamaa...” jawab Zizah sambil memeluk mamanya dengan manjda.
“gimana
urusannya...udah kelar??”
“udah
dong maa...”
“memang
urusan apa si..kok nyampe mama ngga boleh di kasih tau???” tanya mama Zizah
penasaran.
“hahaaa
mama KEPO. . .eemm positif kok maa beneran deh...”.
“jadi
apa ituuu..???”
“eeemmmm.......
ada deh maaa....”. goda Azizah pada mamanya yang menjadi tambah penasaran.
**************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar