Rabu, 10 Desember 2014

Cerpen Untuk Sahabat


I’ll Be There
‘Tak Seorangpun Bisa Mengerti Kedalaman Dari Kepedihan Hatimu’
“Kebaikan itu seperti cinta...sulit di dapat. Tapi hasilnya memudahkan dan mengindahkan kehidupan. Keburukan itu seperti kebencian...tapi tidak mudah di hentikan dan pasti mempersulit kehidupan. Tak seorangpun bisa mengerti kedalaman dari kepedihan hatimu,  jika satu-satunya orang yang bisa mencegahmu dari menangis, justru yang membuatmu menangis.”
***
S
enja itu tak seindah ketika matahari hampir condong ke barat yang menampakkan warna indah mempesona. Senja itu hujan lebat, hingga tak ada cahaya sedikitpun yang bisa di lihat, dunia seakan berubah menjadi gelap gulita dalam sesaat, ketika matahari indah itu tertutup oleh awan hitam nan kelam. Gemuruh petir dan suara angin yang begitu kencang terdengar sangat menyeramkan.Terlihat butiran-butiran  air yang mengenai sebuah kertas putih, namun air ini bukanlah air hujan yang sedang mengguyur bumi sore itu. Itu adalah butiran air mata, air mata kesedihan yang keluar dengan sendirinya dari mata seorang gadis yang sedang berbaring di kamar tidurnya yang empuk, matanya bertumpu pada sebuah kertas dan pena yang semakin ia gerakan pena untuk menulis, semakin deras pula air mata yang keluar dari matanya.

“Dear kertas putih. . .
Hari ini. . .aku kehilangan orang yang begitu aku sayang...
Sahabat baikku. . .hari ini telah pergi meninggalkanku,
bukan karena pergi bersama sahabat barunya,
melainkan pergi agar dapat terlepas dariku. . .
agar dia dapat menjauh dariku. . .
dan semua itu karena salahku. . .
andai waktu dapatku ulang dan. . .
andai aku di berikan “second choice”. . .
aku tak kan melakukan semua itu. . .
                                                                                    i’ll be there
                                                                                    “azizah”
Tak terasa kesedihan sendu itu rasanya membuat lelah dan tak sadar membuat penghuni kamar itu pulas tertidur. Sampai akhirnya sebuah suara cempreng dari luar kamar terdengar, dan memecahkan segala keheningan yang tercipta.
“wwoooooiiiiii....tukang molor lagi ngapain si????di kamar mulu...cepet sini keluar...mau “gorengan anget” kaga???”.
Gorengan adalah sebuah makanan super favourit di semua kalangan, mulai dari kalangan anak-anak,orang tua,orang muda,orang besar,orang kecil,tak terkecuali kalangan pelajar desa,pelajar kota,artis papan atas, artis papan bawah,penyanyi papan seluncur sampai ke penyanyi papan atas,pejabat,bahkan bapak Susilo Bambang Yodhoyono pun alias bapak presiden RI 100% “doyan” makanan bergenre renyah,berminyak,gurih,dan nikmat ini.
“Weehh...cepett keluar kohh...nanti keburu abis sama aku nyesel loh......”
Suara cempreng itu siapa lagi kalo bukan Miska si temen masa kecil Azizah. Azizah sudah lama berteman dengan Miska, bahkan bisa di bilang mereka adalah temen “seperOrokan” alias temen dari mereka masih “orok”.
“bisa di kecilin ngga si itu volume cemprengmu Mis???”berissiiikkk tauuu....lagian siapa yang lagi molor !!” Azizah keluar dari kamarnya dan langsung melempar bantal ke arah Miska.
“huuh..lagian dari tadi di panggilin ngga nyaut-nyaut, di luar ujan gede banget tau...ngapain di kamar sendirian kalo ngga lagi molor???” tanya Miska ketus.
“tadinya mau tidur tapi ngga jadi gara-gara suara berisikmu”. Azizah berjalan meninggalkan Miska dan mengambil pisang goreng anget yang ada di meja.
“oohhh gituuu...”. tuh kan....tuh kan..maen ambil aja, ngga minta dulu...!!?!”. Miska mengambil pisang goreng di tangan Azizah yang hampir di gigitnya.
“hhiiii tadi bukannya aku di tawarin???” Azizah merebut kembali gorengan di tangan Miska dan langsung melahapnya.
“uukkhh itu kan tadi, sebelum kamu nglempar bantal ke mukaku, dan ngatain aku cempreng daaaan berisik..”
“halah gitu aja ngambek...cantik-cantik kok ngambek....nanti cantiknya ilang lohhh?? Ejek Azizah dengan nada menggodanya yang alay saat melihat muka temannya mulai kesal.


“heemmmm mulai deh mulai...” Miska mengacak- acak rambut Azizah.
“oohh tidaaa...sini kamu sini...” Azizah membalas mengacak- acak rambut Miska. Akhirnya pertarungan sengit pun di mulai oleh kedua gadis ini, mereka saling meledek dan mengacak-acak rambut temannya,hingga tak ada yang menang dan yang kalah karena keduanya sama-sama kuat dalam pertarungan sengit itu.
“aaahhh udah..udah..aku cape ondol...”ucap Azizah setelah beberapa menit terlibat dalam pertarungan.
“huh..berarti kamu yang kalah...dan kapan si Zah kamu berenti manggil aku ondol???”
“aku ngga akan berenti doong.. selama kamu masih jadi temenku hehe...”
“maksudmu sahabat yaa Zah??”
“bukan...tapi teman....”
“loh tapi bukanya aku sahabat kamu Zah...???”
Azizah tersenyum renyah dan langsung berlalu dari hadapan Miska tanpa mengatakan sepatah katapun. Miska tak mengejarnya, sedetik saja dia melayang dan kebingungan karena sifat temannya itu. Beribu pertanyaan muncul di benak Miska tentang “mengapa Azizah ngga jawab saat aku tanya..apa aku sahabatnya?apa selama ini Azizah ngga menganggapku sebagai sahabat?mungkinkah???”.
***
            Pukul 06.00, Azizah sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Baru-baru ini Azizah sering terlambat masuk sekolah, tapi hari ini dia ingin mendapat awal yang baik, dan tidak boleh terlambat lagi ke sekolah.
“hai Zah...”sapa Miska saat Azizah sudah siap menyalakan motornya.
“hai Mis..ada apa?kamu mau berangkat bareng aku atau di anter?”
“eemm..aku di anter kok Zah..”.
Walau satu arah Azizah dan Miska itu beda sekolah. Sekolah Azizah berada kurang lebih 10 meter lebih jauh dari sekolah Miska.
“terus ada apa Mis?kok mukamu tegang dan lemas banget gitu sih?belum sarapan yaa??” tanya Azizah khawatir kalo saja memang benar Miska lemas karena belum sarapan.
“akuuu udah sarapan kok..cumaaa...”

“Cuma apa Mis?aku udah siang iniii mau berangkat, cepet owg ngomongnya..”
“Cuma....aku mau bilang...kamu ati-ati di jalan jangan ngebut-ngebut yaahh..aku pergi dulu..daaaddaaahhh...”
Azizah mengernyitkan keningnya. Dia bingung melihat tingkah temannya itu, karena biasanya boro-boro Miska bilang ati-ati, yang ada pulang sekolah aja Azizah mau pulang atau ngga pulang dia ngga peduli, malah seringnya Miska selalu bilang supaya Azizah ngga pulang aja sekalian ke rumah supaya dia bebas ngga ada yang gangguin dia, khususnya saat makan gorengan kesukaannya “pisang goreng”.
“kenapa Zizah ngga ngomong apa-apa ya?padahal kan kemaren dia belum jawab pertanyaanku??apa dia udah lupa ya?atau pura-pura lupaa??” keluh Miska dalam hati. Kali ini hatinya benar-benar berperang dengan segala pertanyaan yang muncul dalam otaknya.
“Azizah...???tunggu...” teriak Maya teman satu kelas Zizah sambil berlari mendekat ke arah Zizah.
“iya..kenapa me?”
“PR matematika udah belom?pagi ini di kumpulin kan?”
“iya udah..ini mau ngumpulin, mau sekalian?”
“yauda ayo bareng aja Zah...”
“iya..ayoo..”

Seharian ini Azizah benar-benar tidak fokus dalam belajar,tidak fokus dalam berjalan,tidak fokus dalam memperhatikan,tidak fokus dalam bergaya,tidak fokus dalam berlari,bahkan,tidak fokus dalam ber”ngesot”,berdiri,berduduk,serta berdoa. Setelah mengumpulkan tugas matematikanya bersama Maya, Azizah hanya diam tanpa mengatakan sepatah katapun, sampai bell pulang sekolah berbunyi. Fikirannya sedang kacau, seharian ini yang di isi dalam otaknya adalah terus memikirkan Zulfa, sahabat baiknya waktu SMP yang baru-baru ini telah meninggalkannya,memutus hubungan dengannya,dan menjauh darinya.




“Dear kertas putih. . .
Sedih dan bahagia adalah warna mutlak--
di atas hamparan lukisan kehidupan di dunia ini.
Jujur tanpa curiga bersih tanpa perasaan itu lah hati...
Tenang berbaring dan sedikit berfikir , munkin sekarang ini yang aku butuhkan...
Karena itu adalah obat yang paling murah untuk segala penyakit jiwa dan dengan kehendak baik jam demi jam pemakaiannya akan makin nyaman. . .
                                                                                                            I’ll be there
                                                                                                            “azizah”

Azizah selalu merasa bersalah tentang apa yang sudah dilakukannya yang ternyata telah menggoreskan luka di hati sahabatnya. Jika mengingat hal itu Azizah benar-benar merasa sangat bodoh dan menyesal. Walaupun semua yang di lakukannya semata-mata hanya karena ingin melindungi dan mempertahankan persahabtannya dengan Zulfa, yang tanpa berfikir panjang dan di pertimbangkan terlebih dahulu. Dan akhirnya ternyata tak seperti yang dia duga semuanya akan menjadi rumit seperti sekarang ini.Namun, jika Azizah berfikir untuk menyalahkan waktu, dia juga tak dapat mengontrol dirinya,karena dia juga tahu bahwa tak ada waktu yang sudah terlewat dapat kembali lagi. Harapannya sekarang adalah akankah ada kesempatan kedua untuknya....atau dapatkah dia di berikan waktu sedetik saja agar dapat berbicara dengan sahabatnya lagi, untuk mengatakan bahwa sebenarnya dia tidak bermaksud melakukan semua itu, pura-pura menjauhi Zulfa saat di sekolah, pura-pura cuek dan mengabaikan apa saja yang Zulfa katakan dan tanyakan, pura-pura ingin melupakan Zulfa untuk selamanya, dan membiarkan Zulfa sendirian tanpa teman, semua itu di lakukan Azizah karena terpengaruh oleh Anita dan Rina. Anita dan Rina adalah dua gadis yang sudah lama tidak menyukai Azizah dari waktu SD, dia sangat tidak rela kalau melihat Azizah senang bersama siapa saja yang tidak di sukainya. Dan Zulfa adalah satu-satunya anak yang tidak di sukai Anita dan Rina saat SMP, di tambah lagi Zulfa menjadi teman dekat Azizah. Itulah awal kebencian itu terjadi. Saat dimana Anita dan Rina berniat akan menghancurkan persahabatan yang sangat di benci mereka yaitu persahabatan Azizah dengan Zulfa. Awalnya Anita dan Rina berpura-pura ingin menjadi sahabat Azizah dan meyakinkan Azizah kalau Zulfa itu adalah anak yang tidak baik dan sombong. Namun, lama-lama Azizah mengetahui maksud tidak baik dari kedua temannya itu. Akhirnya tanpa berfikir panjang dan mempertimbangkannya terlebih dahulu, Azizah menjalankan rencananya sendiri, yaitu untuk mengikuti jalan permainan Anita dan Rina untuk menyakiti Zulfa, tapi sebenarnya dia hanya akan melakukannya dengan pura-pura. Namun, pada akhirnya tanpa Azizah ketahui apa yang di lakukannya dengan tidak sengaja telah benar-benar menyakiti Zulfa. Itu lah awal pertengkaran yang sangat menyedihkan antara Azizah dan Zulfa. Azizah benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa hingga tanpa ada sepatah katapun yang dapat dia lontarkan kepada sahabatnya, hingga pada akhirnya hanya penyesalan yang di dapatnya pada akhir pertengkaran itu. Dan sampai saat ini Azizah hanya dapat berharap di berikan kesempatan agar dapat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada sahabatnya itu bahwa,sebenarnya dia melakukan semua yang sudah terjadi itu adalah bukan karena dia benar-benar tidak ingin berteman dengan Zulfa lagi, melainkan karena dia ingin tetap bersama Zulfa selamanya....”she needs second choice”.

“Zah..kenapa kamu tega nglakuin ini sama aku???apa aku punya salah sama kamu Zah??apa kamu bener-bener benci sama aku Zah???tapi kenapa???bukannya kita itu sahabat Zaahhh????”tanya Zulfa sambil menangis tersedu-sedu.
“aku...aku ngga benci sama kamu Zul...kamu ngga usah nangis kaya gini Zul..”. jawab Azizah bingung.
“aku bener-bener sakit ati Zah...kenapa kamu ninggalin aku sendiri..aku sendirian Zah..???aku minta maaf kalo aku salah Zah???kamu jangan kaya gini dong...kamu bilang aja kalo aku ngeselin Zah???jangan tinggalin aku Zah???aku sendiriaann...” rengek Zulfa sambil memeluk tangan Azizah dengan erat.
“aku bilang jangan nangis Zul...”. jawab Azizah sambil mengusap pundak sahabatnya itu.Dia benar-benar bingung dan sangat tidak suka melihat sahabatnyamenagis di depannya.
“lalu apa Zah???apa yang harus aku lakuin??? Zulfa terus menangis tersedu-sedu sampai matanya terlihat sipit karena terlalu banyak mengeluarkan air mata.
Azizah hanya diam.
“Zahhh...kalo ini yang kamu mau ya udah...makasih untuk semuanya...aku sayang banget sama kamu Zahhh....tapi...kata-kata Zulfa terhenti, beberapa saat kemudian saat air matanya sedikit redup Zulfa berkata...
“ini yang terakhir...”. Zulfa berlalu meninggalkan Azizah dengan mata yang masih basah.
Azizah masih tetap diam tanpa sepatah katapun, dalam hatinya dia menjerit dan ingin menangis sekencang-kencangnya. Hatinya begitu sakit bak tersayat pedang. Di dalam benaknya hanya ada kata-kata salah...salah...dan salah...dan tanpa terasa air matanya sudah bercucuran membasahi pipinya yang merah. Namun Azizah tetap diam tanpa ada sepatah katapun hingga Zulfa pergi meninggalkannya sendirian.
Sejak saat itulah Azizah dan Zulfa semakin jauh dalam berhubungan bahkan, saat mereka masih bisa bertemu di sekolah atau di manapun mereka hanya saling menatap dan diam. Itulah yang terus-menerus mereka lakukan. Zulfa bersifat seolah-olah tak ingin bertemu dengan Azizah lagi karena menurutnya Azizah memang bukan sahabat yang baik untuknya, sedangkan Azizah terus menerus memikirkan kesalahannya dan mencari cara bagaimana membuka mulutnya untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada sahabatnya,namun mulutnya tetap saja terkunci dan diam dalam penyesalan yang semakin hari semakin mendalam dan mengusik ketenangan hatinya sendiri.
Persahabatan Azizah dan Zulfa itu bisa di bilang seperti sebuah drama korea yang menceritakkan dongeng yang di perankan dalam kehidupan nyata dan di tampilkan dari beberapa episode “kegundahan hati”.
“assalammualaikumm....”
“waalaikum salam..eehh pulang cepet yaa..memangnya ngga les???” suara merdu nan lembut helaiannya itu adalah punya mama Zizah tercinta.
“engga ma...cape banget ma...banyak tugas juga....”
“eemm ya sudah...ngga usah mrengut gitu doong...ganti baju duluuu..terus mau makan dulu atau mau langsung istirahat tidur aja?”
“langsung tidur aja ya ma?”
“ya sudah..yang penting udah shalat kan??”
“udah kok ma..aauughh mulai pusing juga ini...”
“mama bikinin susu coklat mauuu???”
“mau tidur aja.”
“loh tumben ngga mau...kenapa , kok mama liat seperti lagi ngga enak sekali...ada masalah??”
Azizah hanya diam , lalu dengan lembut merebahkan kepalanya ke pangkuan mama tercinta. Rasanya itu satu-satunya obat untuk penenang fikiran dan hatinya sejenak. Yang sejak pagi tak bisa di fungsikannya dengan baik karena “problem loading” tentang sahabat SMPnya yang bernama Zulfa itu.Menutup mata sesaat agar bisa berfikir jernih kembali.
“maaa...mama pernah punya sahabat ngga?”
“eemm..punya.”
“terus sekarang mama masih sahabatan sama sahabat mama itu?”
“masih..kenapa sayang, kok tumben tanya seperti itu?”
“mamaaa...mama pernah punya salah ngga sama sahabat mama?”
“pernah...tapiii waktu itu mama langsung baikan,teruuuus kami mengaku sama-sama salah.”
“terus ma?”
“ya terus kami baikan dong..sahabatan seperti biasa lagi..”
Azizah kembali diam, kali ini diam bukan karena tidak bisa memikirkan pertanyaan apa lagi yang akan di ajukan untuk menginterogasi mamanya, tapi berfikir apa yang mama katakan “mengaku sama-sama salah”. Apa itu bisa jadi salah satu kata-kata bagus nan indah yang memang ingin di dengarnya saat ini.
“mama makasih yaaa....” Azizah tiba-tiba bangun dan memeluk mamanya.
“walahh sudah..sudah..sana lah..di suruh ganti baju koh..peluk-peluk mama,masih bau keringet gitu...”
“aaahhh biarin biar mama ikut bau...”
“uuuhhh dasar bocah satu ini yaaaa..udah gede koh masih manja sekaliiii....” sahut mama Zizah sambil mengusap-usap rambut putrinya dengan lembut.
***
Senja ini matahari begitu indah, mendamaikan hati siapa saja yang melihatnya, warnanya yang “orange” bercampur merah dan kuning begitu sempurna memancarkan cahaya yang hampir redup itu, pesonanya yang menawan membuat Azizah terpaku di sudut jendela kamarnya.
“apa aku bisa mendapatkan kedamaian ini setiap saat???”gumamnya dalam hati.
Tiba-tiba Azizah teringat dengan perkataan mamanya...“mengaku sama-sama salah” dan “sahabatan seperti biasa lagi”. Sedetik saja tangannya lansung menyambar Hand Phone yang berada tak jauh dari tempatnya berada, kemudian di tekannya beberapa tombol Hand Phonenya dengan wajah berseri-seri dan tak lama setelah itu, Azizah duduk terpaku tak bergerak sedikitpun, pandangannya mendung dan terlihat titik-titik air yang menetes di pipinya. Wajah berseri itu bagai lenyap di telan bumi hanya dalam sekejap saja.


“dear kertas putih. . .
Kata-kata mama itu benar-benar membuat aku sadar...
Baru saja aku mencoba menghubunginya...
Sahabatku..Zulfa...aku baru saja berharap lebih lagi darinya...
Apa dia sudah benar-benar melupakkanku????
“Zul...apa kamu benar-benar tak ingin mengingatku lagi..????”
Ataukah memang kamu begitu sibuknya...
Sampai-sampai tak bisa menjawab telvonku...
Atau kamu memang sengaja menghapus namaku di Hpmu...
Dan membiarkan aku tak mengetahui bagaimana menghubungimu lagii....
                                                                                                                        I’ll be there
                                                                                                                        “azizah”

Azizah benar-benar merasa menjadi manusia super “galau” saat ini, karena kali ini dia benar-benar berfikir cerdas agar dapat cara bagaimana dia bisa menghubungi Zulfa bahkan bertemu dengan Zulfa secara langsung. Azizah sadar sudah berapa banyak waktu yang sudah dia habiskan dengan percuma hanya untuk “bergalau ria” dan “bersalah ria” atas segala “problem loading”nya yang dia ciptakan untuk memikirkan Zulfa. Kali ini tekadnya sudah bulat bagaimanapun caranya, dia harus bisa bertemu dan berbicara dengan Zulfa. Walaupun nantinya hanya sedetik saja dia mendapatkan kesempatan untuk membuka mulutnya kembali di hadapan Zulfa, yang dia ingin katakan hanyalah satu kata singkat....yaitu....“MAAF”.
“mama...?besok Zizah mau pakai motor sebentar deh kayanya...”. Azizah duduk di samping mamanya yang sedang asyik menonton TV.
“loh..mau kemana?bukannya besok ngga ada acara apa-apa...kan libur?”
“eemm iya siii...tapii....”
“tapi apa??mau maen???” mama Zizah langsung memotong kata-kata anaknya dengan sengaja.
“iihhh denger dulu mama...besok itu ada urusan yang perlu Zizah selesaikan..ngga papa ya ma..???”
“urusan apa ituuu mbaa?setau mama anak mama yang satu ini ngga pernah ada urusan yang ngga mama tau deehhh...” ucap mama Zizah dengan nada meledeknya.
“heemm mama..anak mama ini kan udah gede..udah SMA loh sekarang ini..jadi pasti ada urusan yang mama ngga perlu tau dong..positif kok maa...tapii rahasia anak muda..hehe”
“walah paling-paling urusan pisang goreng sama si Miska atau ngga cari coklat sama es krim keluaran terbaru....atau mau download naruto...dari pada gitu mending ajak maen adikmu saja owg mbaa....”. Mama Zizah ini adalah super mama yang tau segala kesukaan dan kebiasaan anaknya dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi. Pokoknya ngga ada yang mama Zizah ngga tau deh tentang Azizah, terutama kesukaan Zizah yang sangat maniak dengan kartun naruto dari CD/DVD,komik,cerita semua sudah pernah di miliki anak perempuan semata wayangnya itu.
“lah males ngajak ade maen mah...yaaa terserah mama juga deh mau menduga-duga apa..yang penting Zizah udah minta izin loh yaa..hehe”
“hemm ya sudah..yang penting jangan kesorean pulangnyaa...”
“siiiaapp..makasi mama.....”
Malam ini Azizah benar-benar tak bisa tidur, fikirannya terus menerus bekerja membayangkan bagaimana dengan besok. Setelah izin dari mamanya sudah di dapat sekarang ini waktunya dia berfikir rencana yang akan di jalankannya besok. Rencana untuk menemui sahabatnya. Menurut info yang sudah di dapatnya, Zulfa berada di rumah besok dan nomer Hpnya pun sudah Zizah dapat. Tapi mulai dari pagi Azizah hanya mengirimi pesan singkat pada sahabatnya berpuluh-puluh kali dengan pesan yang sama “i’ll be there”. Terkesan seperti orang yang sedang “meneror” tapi bukan itu maksudnya melainkan karena tak ada kata yang bisa dia katakan untuk sahabatnya sejak pagi ini. Perasaannya campur aduk antara senang, sedih,bingung, dan bimbang. Sesekali ada balasan dari sahabatnya yang lagi-lagi bertanya “siapa ini???”. Azizah hanya tersenyum kecut membacanya.

“dear kertas putih. . .
Apa semua yang akan aku lakukan ini benar. .???
Aku gugup, namun tak sabar menunggu. . .
Kali ini aku sudah memikirkannya dengan matang
tentang apa yang akan aku lakukan. . .
Aku akan cepat menyelesaikan masalah yang sudah berlarut-larut ini...
Tunggu aku Zulfa...aku akan ke sana...
Ini lah. . . kesempatan keduaku !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
                                                                                                I’ll be there
                                                                                                “azizah”
***

Pagi ini benar-benar dingin, sampai-sampai burung-burungpun malas berkicau karena dinginnya angin yang berhembus kencang. Tapi hawa dingin itu tak sedikitpun terasa pada tubuh gadis yang sedang sibuk membersihkan halaman rumahnya. Pagi ini Azizah harus cepat menyelesaikan tugas liburannya, karena hari ini adalah hari untuk menjalankan misinya untuk bertemu dengan sahabatnya. Setelah semuanya selesai Azizah langsung pergi mandi dan bersiap untuk pergi ke rumah Zulfa. Azizah benar-benar tidak sabar menantikan momen dapat bertemu dengan sahabatnya kembali yang sudah lama sekali tak di jumpainya. Kali ini tekadnya sudah sangat mantap untuk segera menyelesaikan masalah dengan Zulfa, yang sudah di biarkannya berlarut-larut selama ini.
“mamaa...Zizah berangkat yaa..Assalammualaikum.....”. Azizah berpamitan sambil mencium tangan mama tercintanya.
“loh kok ngga sarapan dulu...kebiasaan deh ah...ya udah ati-ati di jalan,gausa ngebut-ngebut,jangan kesorean pulangnyaa....”
“oke mama...”
Azizah bergegas menyalakan motornya dan langsung tancap gas ke rumah Zulfa....
“aaaaaaaaa akhirnya hari ini datang juga....”. teriak Azizah dalam hati.
Sebenarnya tak ada rangkaian kata-kata sedikitpun yang seharusnya sudah di siapkan Azizah sejak tadi malam. Semalaman suntuk hanya di habiskannya untuk lembur “bengong” tak ber”irama sedikitpun dalam ingatannya. Jika di bilang “nekad” Azizahlah orangnya, dia benar-benar yakin untuk menyatroni rumah orang yang tak tau akan menerimanya sebagai tamu atau tidak, bahkan kemungkinan besarnya adalah dia akan di usir atau si pemilik rumah akan pura-pura tak berada di rumah, atau mengabaikannya begitu saja di depan rumah bagaikan jamur liar yang menempel di gordeng kamar mandi. Tapi itulah Azizah, dia akan penasaran seumur hidupnya jika tidak mendengarkan perintah dari “suara hatinya”. Baik itu perintah yang membuatnya baik ataupun perintah yang membuatnya sangat buruk sekalipun. So...maju terus pantang mundur itulah semboyannya saat sampai di depan rumah Zulfa, yang ternyata rumahnya tampak sepi dan seperti tidak ada orang. Rasa kecewa sudah sedikit muncul di wajahnya, tapi itu tak membuat Azizah menyerah, dengan memberanikan diri Azizah berusaha sekuat tenaga melawan rasa “deg-degan tak karuan” dalam hatinya dan memutuskan mengetuk pintu.
TOK...TOK..TOKK... !!!!
“Assalammualaikuuuuummmm....”
Beberapa kali Azizah berusa mengetuk pintu itu, namun tetap tak ada jawaban. Sampai akhirnya Azizah lemas dan duduk bersandar di teras rumah Zulfa.
“apa ngga ada orang yaa..???”. tanya Azizah dalam hati dengan kecewa.
“Waalaikumsalaaamm....”. tiba-tiba suara merdu memecah keheningan dan membangunkan Azizah dalam lamunannya.
Beberapa saat kemudian pintu rumah terbuka dan BUUUUMMMM !!!!!!
“ini Zulfa...benar-benar Zulfa ...sahabatku....”. jerit Azizah bahagia dalam hati.
“a..ee..kaa..ee..kamu Zah...???” tanya Zulfa gagap seolah dia baru bertemu dengan orang asing yang tiba-tiba mengusik kedamaiannya saat bersantai di rumah.
“hai Zul..apa kabar..tolong...aku pengen bicara sebentar sama Zulfa....bisakah Zul..???” tanya Azizah tanpa sengaja langsung mengutarakan maksud dan tujuannya sebelum di tanya karena takut kedatangannya akan langsung di tolak oleh Zulfa.
“kebetulan aku lagi sendirian di rumah...jadiiii silahkan masuk........”jawab Zulfa masih dengan nada gugup yang di buatnya seolah-olah tenang dan biasa saja.
“makasih ya Zull...” ucap Azizah riang.
“eemm ya.” silahkan duduk..mau minum apa Zah?” tanya Zulfa dengan nada gugup yang lagi-lagi di buatnya seolah biasa saja, namun matanya sedikit berkaca-kaca.
“makasih Zul..tapi ngga usah repot-repot..aku ke sini hanya pengen minta waktu kamu sebentar untuk mendengarkan aku bicara...”. Azizah menunduk takut kalau-kalau Zulfa tak senang dengan perkataannya dan langsung mengusirnya.
Zulfa hanya mengangguk dan duduk berhadapan dengan Azizah.
Azizah sedikit lega Zulfa sepertinya mau mendengarkannya. Namun, ternyata beberapa menit Azizah hanya diam tanpa mengatakkan sepatah katapun. Azizah bingung, dalam fikirannya bukan memikirkan apa yang akan di ucapkannya saat ini, melainkan dia teringat kenangan lama yang menggores luka pada hatinya terlebih pada sahabatnya yaitu Zulfa. Tanpa sadar Azizah hampir meneteskan air matanya kembali.
“Zah..??kenapa diem..katanya mau ngomong..??”. suara Zulfa mengagetkan Azizah dan membuatnya tersadar dengan tujuan utamanya datang menemui Zulfa.
“oohh iya..iya..aku..akuu...ituuu..anuu..” .Azizah gagap dan tak tau apa saja kata-kata yang keluar dari mulutnya yang seharusnya tak di ucapkannya.
Zulfa hanya diam dan memandang Azizah. Matanya semakin terlihat berkaca-kaca.
“Zuull...akuu...aku...”bissmilahhh”...aku Cuma pengen minta maaf sama kamu Zul..aku pengen jelasin semua yang udah aku lakuin dulu sama kamu dulu itu sebenarnya ngga bener Zul...aku...aku..nyeseelll..aku salah..aku minta MAAF Zul...????” ucap Azizah dengan lantang tanpa menyadari air matanya telah keluar dari matanya dan membasahi pipi merahnya.
Zulfa hanya tertunduk tanpa sepatah katapun. Dan itu membuat Azizah semakin bingung, namun tiba-tiba Zulfa bangun dari duduknya dan langsung memeluk Azizah.
“Zaahh..aku tau..aku udah tau semuanya...kamu ngga salah Zah, aku...aku minta maaf...” ucap Zulfa sambil menangis tersedu-sedu dipundak Azizah. Azizah tak menyangka kalau semua akan jadi seperti ini. Azizah semakin bingung dengan semua itu. Di fikirannya benar-benar terlintas beribu-rubu pertanyaan yang memenuhi serambi kanan dan serambi kiri otaknya.
“tapi..Zul, kenapa? Kenapa kamu harus minta maaf? Kalau kamu sudah tau semuanya aku sudah lega..dan itu aja udah cukup Zul...” ucap Azizah pelan sambil berusaha menenangkan Zulfa agar tidak menangis lagi.
“yaa Zah..karena akulah yang sebenarnya jahat..ngebiarin kamu sakit hati dan berjuang sendirian untuk menghadapi semua ini...aku tau kamu ngga salah, tapitetep ngebiarin kamu dalam rasa bersalah...dan semua itu aku lakuin karna aku pengen bales apa yang kamu lakuin yang udah ngebuat aku ngrasa bingung memikirkan apasalahku, hingga kamu mau ninggalin aku,yang ternyata itu semua hanya permainan kamu.. aku minta maaf Zah...aku bener-bener seorang pengecut, dari dulu aku hanya mengulur-ulur waktu untuk meminta maaf sama kamu Zah..tapi aku ngga pernah berani...dan pada akhirnya sekarang kamulah yang lagi-lagi lebih baik di bandingkan denganku..lebih berani datang mengakui kesalahan....” jelas Zulfa panjang lebar.
Kali ini perasaan Azizah benar-benar “bunglon” alias berwarna warni, tapi sepenuhnya sekarang ini adalah warna cerah yang memenuhinya. Karena apa yang selama ini dia takutkan ternyata tidak sepenuhnya menjadi kesalahannya. Penjelasan yang seharusnya panjang lebar di paparkannya, namun ternyata sudah lebih di paparkan dengan jelas oleh Zulfa.
“jadi selama ini kamu juga pengen ketemu aku yaa Zul??”. Tanya Azizah tanpa menjawab terlebih dahulu pernyataan Zulfa yang sudah begitu panjang.
“iya Zah...Zahh...apa kamu masih nganggep aku sahabatmu Zahh???”. Tanya Zulfa.
Azizah hanya menjawabnya dengan senyum.
“apa kamu punya makanan yang bisa di makan Zul..aku laper sekali ini belum makan dari pagi..hehehe...”. cetus Azizah tiba-tiba tanpa memikirkan bagaimana memalukannya pertanyaan yang terlontar dari bibirnya itu untuk meminta makanan pada orang tanpa beban sedikitpun.
Zulfa tertawa dan langsung mengambilkan Azizah segelas teh manis dan sepiring pisang goreng.
“ini Zah..ayo rah di minum..sama ini pisang goreng...enak loh mamaku yang buat..” kata Zulfa dengan wajah yang mulai berseri kembali.
“aduuhh jadi ngrepoti banget ya Zul..maaf ya...hehehe”. Modus Azizah sambil menyeruput tehnya.
“aahh ngga apa-apa, kan dari awal udah tek tawarin..hehe”.  jawab Zulfa sambil tertawa renyah.
“emang bener nih kata mama..urusanku ngga bakal jauh-jauh dari tebakannya..buktinya sekarang aku lagi berurusan sama pisang goreng, walau bedanya bukan urusan pisang goreng sama si Miska tapi sama si Zulfa..hehehe”. celoteh Azizah dalam hati.
Tak terasa waktu begitu cepat berjalan sampai jam menunjukan pukul 03.45 . namun, obrolan kedua gadis yang bagaikan 100 tahun terpisahkan oleh jarak,ruang,dan waktu ini terasa membutuhkan pengulangan waktu yang sangat banyak lagi hariini, karena reuni mereka ingin tetap di lanjutkan sampai akhir cerita. Tapi semuanya harus “to be continue” karena Azizah sudah janji ngga akan pulang kesorean pada mama tercinta.
“cepet banget yaa Zah..waktunya....???padahal aku masih pengen crita banyak...”. kata Zulfa kecewa karna Azizah harus pulang.
“hehe..iya..yaa...yauda lain waktu kita sambung...kalo kita sama-sama ada waktu luang,kita bisa janjian buat ketemuan..oke..”. ucap Azizah sumringah.
“ssiiipp deh Zah..”. jawab Zulfa bersemangat.
Sepulang dari rumah Zulfa, Azizah benar-benar sangat senang. Dia berhasil menjalankan misinya hari ini dengan SUKSES !!! namun, hari ini bukan akhir dari permasalahannya. Karena dalam obrolannya dengan Zulfa tadi, bukanlah obrolan yang mengenakan hati sepenuhnya. Bahkan, sampai sekarang Azizah dan Zulfa masih sama-sama tak mengetahui tentang apa yang mereka fikirkan satu sama lain sebenarnya. Khususnya Azizah, yang tak tau bagaimana “ending” dari “problem” yang membuat gundah dan bimbang hatinya. Semua akan di biarkannya berjalan dengan sendirinya, termasuk Zulfa yang dia akan biarkan jauh darinya lagi untuk waktu yang tak bisa dia tentukan sendiri. Yang sudah terjadi di buatnya sebagai catatan masa lalu yang suatu saat berharap dapat dia bukukan dan di terbitkan oleh penerbit yang sudah terkenal seperti Erlangga, Gramedia, dan lain sebagainya.
dear kertas putih. . .
Kini aku tau. . .semua masalah dan kesedihan yang menyelinap secara diam-diam ke dalam hati, itu dapat menjadikan kita sebagai manusia yang sempurna. . .Sekarang ini tidak perlu aku fikirkan pertanyaan “apa aku punya sahabat”?Apa aku punya “GENG” dan sebagainya. . .Tapi bagaimana aku bisa mendapatkan sebanyak-banyaknya teman. . .teman dari banyak kepribadian, teman yang memiliki banyak kelebihan yang perlu aku lihat, dan teman yang diam-diam aku ketahui segala kejelekan dan kejahatannya yang perlu aku rahasiakan. . .Aku berubah. . .bukan karna ingin melupakkannya. . .aku menjauh saat ini bukan karna tidak membutuhkannya. . .aku egois bukan karna aku tak ingin melalaikannya. . .dan aku mengetahuinya bukan karna untuk membuat semuanya berakhir. . .semua orang memiliki topengnya masing-masing, lain di luar, lain pula di dalam. . .
Sedih dan bahagia adalah warna mutlak diatas hamparan lukisan kehidupan di dunia ini. . . .
“Azizah”
“hayooo...lagi ngapain...kok senyum-senyum sendiri sii???” goda mama Zizah saat melihat putrinya yang sedang asik melamun.
“hemm..mamaa...ngagetin aja dehh..”.
“lagian anak gadis ngga boleh kebanyakan nglamun ah..”.
“iyaa mamaa...” jawab Zizah sambil memeluk mamanya dengan manjda.
“gimana urusannya...udah kelar??”
“udah dong maa...”
“memang urusan apa si..kok nyampe mama ngga boleh di kasih tau???” tanya mama Zizah penasaran.
“hahaaa mama KEPO. . .eemm positif kok maa beneran deh...”.
“jadi apa ituuu..???”
“eeemmmm....... ada deh maaa....”. goda Azizah pada mamanya yang menjadi tambah penasaran.
**************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar