KELAIANAN
BAWAAN OBSTRUKSI BILIARIS
PADA
NEONATUS, BAYI DAN BALITA
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
ASKEB Neonatus Bayi dan Balita
Dosen Pengampu : Leni Maryati, S.SiT
Disusun Oleh
:
Nur Azizah ( 14.0301252)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
BINA CIPTA HUSADA PURWOKERTO
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan Neonatus yang berjudul “Obstruksi
biliaris.”
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Asuhan Kebidanan Neonatus sebagai pembelajaran mata kuliah Asuhan
Kebidanan Neonatus. Dalam menyusun ini penulis banyak dibantu oleh dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan demi kelancaran penulis tulis
ini dan teman-teman yang telah
memberikan semangat dan dorongan. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.
Penulis berharap karya tulis ini
dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi dalam pembelajaran Asuhan Kebidanan
Neonatus. Akhirnya, sebagai manusia biasa yang tidak terhindar dari kekeliruan
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Dan karenanya,
segala saran dan kritikan yang membangun yang datang dari pembaca sangat
penulis butuhkan sebagai bahan masukan untuk perbaikan di masa-masa mendatang.
Purwokerto,
Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul.......................................................................................................... i
Kata
Pengantar........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................................................................. 2
C. Sistematika Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
Obstruksi Biliaris...................................................................................... 3
A. Pengertian............................................................................................ 3
B. Gambaran umum.................................................................................. 3
C. Patofisiologi......................................................................................... 4
D. Gejala................................................................................................... 5
E. Etiologi................................................................................................ 5
F. Klasifikasi............................................................................................ 5
G. Diagnosis............................................................................................. 6
H.Pemeriksaan Laboratorium................................................................... 8
I.
Pencegahan........................................................................................... 9
J.
Penatalaksanaan.................................................................................. 10
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan........................................................................................................ 11
B.Saran.................................................................................................................. 11
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATANG BELAKANG
Obstruksi
biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat
mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan. (Ngastiyah,2005). Penyebab obstruksi
biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat
mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan (sebagai strekobilin) di dalam feses.
Cacat bawaan merupakan suatu
keadaan cacat lahir pada neonatus yang tidak diinginkan kehadirannya oleh
orangtua maupun petugas medis. Laporan dari beberapa penelitian menungkapakan bahwa angka kejadian cacat
bawaan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Angka kematian bayi baik
didalam maupun diluar negeri dari tahun ke tahun semakin lama semakin turun,
tetapi penyebab kematian mulai bergeser. Sebelumnya penyebab kematian pada bayi
sebagian besar disebabkan masalh sepsis, asfiksia, dan sindrom distress nafas,
sedangkan akhir-akhir ini mulai bergeser pada masalah cacat bawaan.
Angka
kematian perinatal di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 40/1000 kelahiran
hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian tersebut antara lain
penyakit dan semua hal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan baik langsung
maupun tidak langsung. Faktor yang berhubungan langsung pada bayi baru lahir
adalah penyakit. Penyakit tersebut sangat beresiko tinggi pada bayi, oleh
karenanya perlu mendapat penatalaksanaan yang cepat sehingga angka kematian dan
kesakitan dapat diturunkan. Bayi-bayi yang beresiko tinggi salah satunya yaitu
kuning atau ikterus yang patologis, seperti ikterus obstruktif atau obstruksi biliaris.
Obstruksi biliaris adalah penyumbatan saluran empedu sehingga mengakibatkan penumpukan bilirubin dan terjadi kuning atau ikterus, yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena penyumbatan kandung empedu oleh batu empedu. Biasanaya ditandai dengan kuning pada bayi, sehingga sangat sulit dibedakan antara ikterus yang fisiologis dan ikterus patologis atau obstruksi biliaris bila tidak dilakukan pemeriksaan lebih mendetil. Obstruksi biliaris ini merupakan bentuk patologis dari ikterus, sehingga memerlukan penanganan khusus dan lebih kompleks daripada ikterus fisiologis yang biasanya sering dialami oleh bayi baru lahir.
Obstruksi biliaris adalah penyumbatan saluran empedu sehingga mengakibatkan penumpukan bilirubin dan terjadi kuning atau ikterus, yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena penyumbatan kandung empedu oleh batu empedu. Biasanaya ditandai dengan kuning pada bayi, sehingga sangat sulit dibedakan antara ikterus yang fisiologis dan ikterus patologis atau obstruksi biliaris bila tidak dilakukan pemeriksaan lebih mendetil. Obstruksi biliaris ini merupakan bentuk patologis dari ikterus, sehingga memerlukan penanganan khusus dan lebih kompleks daripada ikterus fisiologis yang biasanya sering dialami oleh bayi baru lahir.
Penanganan
obstruksi biliaris ini memerlukan pembedahan untuk mengatsinya.
Obstruksi biliaris hampir mirip dengan atresia empedu, karena sama-sama menyumbat saluran empedu. Sedangkan insidensi atresia empedu eksrahepatis adalah 5-10 kasus / 100.000 kelahiran hidup, atau 3-15 / 100.000 dari bayi-bayi yang dirawat. Atau sekitar 1 / 2.500 per kelahiran hidup untuk ikterus obstruksi. Dari data di atas dapat dilihat angka kejadian obstruksi biliaris ini di Indonesia tidak begitu besar, namun walau begitu tetap harus ditangani dan diwaspadai dengan seksama, untuk mengurangi kematian perinatal yang masih tinggi di Indonesia ini.
Gastroskisis dan omfalokel merupakan beberapa kelainan kongenital yang paling banyak ditemukan. Insiden dari keduanya 1/2000 kelahiran, oleh karena itu, ahli bedah anak akan menemukan defek kelainan dinding abdomen ini 2 kali lebih banyak dari bayi dengan defek atresia esofagus dan fistula trakeosesofagus. Bayi yang lahir dengan gastroskisis mungkin memiliki kondisi malabsorpsi, baik itu dari perlukaan usus ataupun obstruksi usus parsial selama di dalam uterus. Kelainan fiksasi interna mungkin ditemukan pada defek dinding abdomen dan volvulus midgut juga mungkin terjadi. Sebagai tambahan, anak-anak dengan kondisi ini mungkin memiliki refluks gastroesofagus dan penyakit hirscprung mungkin menjadi komplikasi selama perjalanan penyakit.
Obstruksi biliaris hampir mirip dengan atresia empedu, karena sama-sama menyumbat saluran empedu. Sedangkan insidensi atresia empedu eksrahepatis adalah 5-10 kasus / 100.000 kelahiran hidup, atau 3-15 / 100.000 dari bayi-bayi yang dirawat. Atau sekitar 1 / 2.500 per kelahiran hidup untuk ikterus obstruksi. Dari data di atas dapat dilihat angka kejadian obstruksi biliaris ini di Indonesia tidak begitu besar, namun walau begitu tetap harus ditangani dan diwaspadai dengan seksama, untuk mengurangi kematian perinatal yang masih tinggi di Indonesia ini.
Gastroskisis dan omfalokel merupakan beberapa kelainan kongenital yang paling banyak ditemukan. Insiden dari keduanya 1/2000 kelahiran, oleh karena itu, ahli bedah anak akan menemukan defek kelainan dinding abdomen ini 2 kali lebih banyak dari bayi dengan defek atresia esofagus dan fistula trakeosesofagus. Bayi yang lahir dengan gastroskisis mungkin memiliki kondisi malabsorpsi, baik itu dari perlukaan usus ataupun obstruksi usus parsial selama di dalam uterus. Kelainan fiksasi interna mungkin ditemukan pada defek dinding abdomen dan volvulus midgut juga mungkin terjadi. Sebagai tambahan, anak-anak dengan kondisi ini mungkin memiliki refluks gastroesofagus dan penyakit hirscprung mungkin menjadi komplikasi selama perjalanan penyakit.
B.
RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimanakah Obstruksi Biliaris itu?
b.
Bagaimanakah tanda dan gejala Obstruksi Biliaris itu?
c.
Bagaimanakah Klasifikasi dari Obstruksi Biliaris itu?
d.
Bagaimanakah
Diagnosis Obstruksi Biliaris?
e.
Bagaimanakah
pencegahan dan penatalaksanaan Obstruksi Biliaris?
C.
TUJUAN
1.
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah asuhan kebidanan neonatus.
2.
Untuk
mengetahui penyakit pada neonatus dan bayi khususnya Obstruksi Biliaris.
3.
Untuk
mengetahui penyebab Obstruksi Biliaris.
4.
Untuk
mengetahui diagnosisnya Obstruksi Biliaris,
5.
Untuk
mengetahui penatalaksanaan Obstruksi Biliaris.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN OBSTRUKSI BILIARIS
Obstruction
: tindakan memblokir atau menyumbat atau keadaan atau kondisi tersumbat.Biliary
: berhubungan dengan empedu, saluran empedu, atau kandung empedu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa obstuksi biliaris adalah suatu kelainan bawaan dimana terjadi
penyumbatan pada saluran empedu sehingga cairan empedu tidak dapat mengalir ke
dalam usus untuk dikeluarkan dalam feses . Atau obstruksi billiaris adalah
tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis.
Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu
sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan.
(Ngastiyah,2005).
B.
GAMBARAN UMUM OBSTRUKSI BLIARIS
Antara hati dan usus halus
terdapat saluran yang berfungsi sebagai tempat mengalirnya empedu yang di
produksi hati menuju usus. Jika saluran ini tersumbat, maka hal ini disebut
sebagai obstruksi biliaris (Sarjadi, 2000).
Penyebab obstruksi biliaris adalah
tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir kedalam usus
untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin ) didalam feses (Ngastiyah, 2005).
Penderita tampak ikterik, akan
sangat berat apabila obstruksi tidak dapat diatasi, bilirubin serum yang
terkonjugasi meningkat, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat). Biasanya
terdapat juga peningkatan kadar alkalin fosfate serum terutama transaminase.
(Sarjadi,2000)
Apabila terjadi obstruksi biliaris
persisten, empedu yang terbendung dapat mengalami infeksi, menimbulkan
kolangitis dan abses hepar. Kekurangan empedu dalam usus halus mempengaruhi absorpsi
lemak dan zat yang terlarut dalam lemak (misalnya beberapa jenis vitamin)
(Sarjadi,2000).
Obstruksi
duktus biliaris ini sering ditemukan, kemungkinan desebabkan:
1.
Batu empedu
2.
Karsinoma duktus biliaris
3.
Karsinoma kaput panksreas
4.
Radang duktus biliaris komunis yang menyebabkan striktura
5.
Ligasi yang tidak sengaja pada duktus biliaris komunis (Sarjadi, 2000)
Penderita tampak ikterik, akan sangat berat apabila obstruksi tidak dapat
diatasi, bilirubin serum yang terkonjugasi meningkat, feses pucat dan urine
berwarna gelap (pekat). Biasanya terdapat juga peningkatan kadar alkalin
fosfate serum terutama transaminase. (Sarjadi,2000)
Apabila terjadi obstruksi biliaris persisten, empedu yang terbendung dapat mengalami
infeksi, menimbulkan kolangitis dan abses hepar. Kekurangan empedu dalam usus
halus mempengaruhi absorpsi lemak dan zat yang terlarut dalam lemak (misalnya
beberapa jenis vitamin) (Sarjadi,2000).
a.
Penyakit Duktus Biliaris Intrahepatik
Gambaran yang mirip dengan obstruksi biliaris dapat disebabkan oleh penyakit
duktus biliaris intrahepatik, seperti :
1)
Atresia Biliaris
Merupakan suatu kondisi kelainan dimana saluran
empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal.
2). Sirosis biliaris primer
Secara histologis kerusakan duktus tampak
dikelilingi infiltrasi limfosit yang padat dan sering timbul granuloma.
3). Kolangitis sklerosing
Merupakan radang kronis yang
mengenai duktus biliaris intrahepatik.
4). Reaksi obat kolestatik
Obat-obatan long-acting lebih menyebabkan
kerusakan hepar dibandingkan dengan obat-obatan short-acting (Sarjadi,
2000).
b.
Obstruksi Biliaris Akut
Obstruksi akut duktus biliaris utama pada umumnya disebabkan oleh batu empedu.
Secara klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering
terjadi infeksi pada traktus biliaris, duktus akan meradang (kolangitis) dan
timbul demam. Kolangitis dapat belanjut menjadi abses hepar (Sarjadi, 2000).
Obstuksi biliaris yang berulang menimbulkan fibrosis traktus portal dan
regenerasi noduler sel hepar. Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder
(Sarjadi, 2000).
C. PATOFISIOLOGI
Sumbatan
saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding misalnya ada tumor,
atau penyempitan karena trauma(iatrogenik). Batu empedu dan cacing askariasis
sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan didalam lumen saluran. Pankreatitis,
tumor caput pankreas, tumor kandung empedu atau anak sebar tumor ganas di daerah
ligamentum hepato duodenale dapat menekan saluran empedu dari luar menimbulkan
gangguan aliran empedu. (Reskoprodjo, 1995)
Beberapa
keadaan yang jarang dijumpai sebagai penyebab sumbatan antara lain kista
koledokus, abses amuba pada lokasi tertentu, di ventrikel duodenum dan striktur
sfingter papila vater. (Reskoprojo,1995)
Kurangnya
bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas tinja pucat biasanya
dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang berhubungan
dengan obstruksi empedu tidak jelas. Sebagian
percaya mungkin berhubungan dengan akumulasi asam empedu di kulit. Lain
menyarankan mungkin berkaitan dengan pelepasan opioid endogen
(Judarwanto,2009).
Penyebab
obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak
dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin ) didalam
feses. (Ngastiyah, 2005)
Kemungkinan
penyebab saluran empedu tersumbat meliputi:
1. Kista dari
saluran empedu
2. Lymp node
Diperbesar dalam porta hepatis
3. Batu empedu
4. Peradangan
dari saluran-saluran empedu
5. Trauma
cedera termasuk dari operasi kandung empedu
6. Tumor dari
saluran-saluran empedu atau pankreas
7. tumor yang
telah menyebar ke sistem empedu (Zieve David,2009).
D.
GEJALA
Gejala obstruksi biliaris
antaralain :
a.
Gambaran
klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus
b. Kemudian
feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan liat seperti dempul
c.
Urine
menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen
d. Perut sakit
di sisi kanan atas
e.
Demam
f.
Mual dan
muntah (Zieve David,2009)
g. Nafsu makan
berkurang
h. Sulit buang
air besar
E. ETIOLOGI
Obstruksi
biliaris ini disebabkan oleh
:
1.
Batu empedu
2.
Karsinoma duktus biliaris
3.
Karsinoma kaput pankreas
4.
Radang duktus biliaris komunis
5.
Ligasi yang tidak disengaja pada duktus komunis (Sarjadi,2005)
6.
Kista dari saluran empedu
7.
Limfe node diperbesar dalam porta hepatis
8.
Tumor yang menyebar ke sistem empedu (Zieve David,2009)
F. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyakit yang
ditimbulkan, meliputi :
1. Penyakit duktus
biliaris intrahepatik :
a. Atresia
biliaris
Merupakan suatu kondisi kelainan
dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal.
b. Sirosis biliaris primer
Secara histologis kerusakan duktus
tampak dikelilingi infiltrasi limfosit yang padat dan sering timbul granuloma.
c. Kolangitis
sklerosing
Obat-obatan long-acting lebih
menyebabkan kerusakan hepar dibandingkan dengan obat-obatan short-acting.
(Sarjadi,2000)
2. Obstruksi biliaris
akut
Obtruksi biliaris akut duktus biliaris umumnya disebabkan oleh batu empedu.
Secara klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering
terjadi infeksi pada traktus biliaris, duktus akan meradang (kolangitis) dan
timbul demam. Kolangitis dapat berlanjut menjadi abses hepar.
Obstruksi biliaris yang berulang akan menimbulkan fibrosis traktus portal dan
regenerasi noduler sel hepar. Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder.
(Sarjadi,2000)
G. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, adanya
tanda ikterus atau kuning pada kulit, pada mata dan di bawah lidah. Pada
pemeriksaan perut, hati teraba membesar kadang juga disertai limfa yang
membesar.
Pemeriksaan Laboratorium dan Imaging
1. Pemeriksaan
darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin)
Pemeriksaan
darah dilakukan pemeriksaan fungsi hati khususnya terdapat peningkatan kadar
bilirubin direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT, SGPT,
alkali fosfatase, GGT. Dan faktor pembekuan darah.
2. Rontgen perut
(tampak hati membesar)
3. Kolangiogram
atau kolangiografi intraoperatif
Yaitu dengan
memasukkan cairan tertentu ke jaringan empedu untuk mengetahui kondisi saluran
empedu. Pemeriksaan kolangiogram intraoperatif dilakukan dengan visualisasi
langsung untuk mengetahui patensi saluran bilier sebelum dilakukan operasi
Kasai.
4. Breath test
Dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam
memetabolisir sejumlah obat. Obat-obat tersebut ditandai dengan perunut
radioaktif, diberikan per-oral (ditelan) maupun intravena (melaluipembuluhdarah).
Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan banyaknya obat yang dimetabolisir oleh hati.
Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan banyaknya obat yang dimetabolisir oleh hati.
5. USG
Menggunakan
gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran empedu.
Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui kelainan struktural, seperti tumor. USG
merupakan pemeriksaan paling murah, paling aman dan paling peka untuk
memberikan gambaran dari kandung empedu dan saluran empedu. Dengan USG, dokter
dengan mudah bisa mengetahui adanya batu empedu di dalam kandung empedu. USG
dengan mudah membedakan sakit kuning (jaundice) yang disebabkan oleh
penyumbatan saluran empedu dari sakit kuning yang disebabkan oleh kelainan
fungsi sel hati. USG Doppler bisa digunakan untuk menunjukkan aliran
darah dalam pembuluh darah di hati. USG juga bisa digunakan sebagai penuntun
pada saat memasukkan jarum untuk mendapatkan contoh jaringan biopsi.
6. Imaging
radionuklida (radioisotop)
Menggunakan
bahan yang mengandung perunut radioaktif, yang disuntikkan ke dalam tubuh dan
diikat oleh organ tertentu. Radioaktivitas dilihat dengan kamera sinar gamma
yang dipasangkan pada sebuah komputer.
7. Skening hati
Merupakan
penggambaran radionuklida yang menggunakan substansi radioaktif, yang diikat
oleh sel-sel hati.
8. Koleskintigrafi
Menggunakan
zat radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke dalam saluran empedu. Pemeriksaan
ini digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari kandung empedu (kolesistitis).
9. CT scan
Bisa
memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan untuk mencari
tumor. Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difus (tersebar), seperti
perlemakan hati (fatty liver) dan jaringan hati yang menebal secara
abnormal (hemokromatosis). Tetapi karena menggunakan sinar X dan
biayanya mahal, pemeriksaan ini tidak banyak digunakan.
10. MRI
Memberikan
gambaran yang sempurna, mirip dengan CT scan. Pemeriksaan ini lebih mahal dari
CT scan, membutuhkan waktu lebih lama dan penderita harus berbaring dalam
ruangan yang sempit, menyebabkan beberapa penderita mengalami klaustrofobia
(takut akan tempat sempit).
11. Kolangiopankreatografi
endoskopik retrograd
Merupakan
suatu pemeriksaan dimana suatu endoskopi dimasukkan ke dalam mulut, melewati
lambung dan usus dua belas jari, menuju ke saluran empedu. Suatu zat radiopak
kemudian disuntikkan ke dalam saluran empedu dan diambil foto rontgen dari
saluran empedu. Pemeriksaan ini menyebabkan peradangan pada pankreas (pankreatitis)
pada 3-5% penderita.
12. Kolangiografi transhepatik
perkutaneus
Menggunakan
jarum panjang yang dimasukkan melalui kulit ke dalam hati, kemudian disuntikkan
zat radiopak ke dalam salah satu dari saluran empedu. Bisa digunakan USG untuk
menuntun masuknya jarum. Rontgen secara jelas menunjukkan saluran empedu,
terutama penyumbatan di dalam hati.
13. Kolangiografi operatif
Menggunakan
zat radiopak yang bisa dilihat pada rontgen. Selama suatu pembedahan, zat
tersebut disuntikkan secara langsung kedalam saluran empedu. Foto rontgen akan
menunjukkan gambaran yang jelas dari saluran empedu.
14. Foto rontgen sederhana
Sering bisa
menunjukkan suatu batu empedu yang berkapur.
15. Pemeriksaan Biopsi
hati
Untuk melihat struktu organ hati apakah
terdapat sirosis hati atau kompilkasi lainnya. Laparotomi biasanya dilakukan
sebelum bayi berumur 2 bulan.
16. Laparotomi
(biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan).
(Indonesia, USA & internasional berkumpul, 2000).
H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1.
Pemeriksaan
darah (terdapat peningkatan bilirubin)
Pemeriksaan darah dilakukan dengan
pemeriksaan fungsi hati khususnya terdapat peningkatan kadar bilirubin direk.
Disamping itu dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT,SGPT, alkali fosfatase, GGT
dan faktor pembekuan darah.
2.
Rontgen
perut (tampak hati membesar)
3.
Kolangiogram
atau kolangiografi intraoperatif
Yaitu dengan memasukkan cairan
tertentu ke jaringan empedu untuk mengetahui kondisi saluran empedu.
4.
Breath Test
Dilakukan untuk mengukur kemampuan
hati dalam memetabolisir sejumlah obat.
5.
USG
Menggunakan gelombang suara untuk
menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran empedu.
6.
Imaging
Radionuklida (radioisotop)
7.
Skrening
hati
Penggambaran radionuklida yang
menggunakan subtansi radioaktif yang diikat oleh sel-sel hati.
8.
Koleskintigrafi
Mengetahui peradangan akut dari
kandung kemih
9.
CT Scan
Pemeriksaan ini bisa menemukan
kelainan yang difus (tersebar) seperti kelemahan hati dan jaringan hati yang
menebal secara abnormal.
10. Kolangiopankreatografi
Endoskopik Retrograd
11. Foto rontgen
sederhana
Menunjukkan batu empedu yang berkapur
12. Pemeriksaan
biopsi hati
13. Laparotomi
14. Kolangiografi
operatif
15. Kolangiografi
Transhepatik Perkutaneus
16. MRI.
I. PENCEGAHAN
Mengetahui faktor resiko yang
dimiliki, sehingga mendapatkan prompt diagnosis dan pengobatan jika saluran
empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah. (Attasaranya S,
Fogel EL, 2008)
Mengetahui faktor resiko yang
dimiliki, sehingga mendapatkan prompt diagnosis dan pengobatan jika saluran
empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah. (Attasaranya S,
Fogel EL, 2008).
Komplikasi
:
1. Demam
2. Nafsu
makan berkurang
3. Sulit
buang air besar
J. PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan obstruksi biliaris bertujuan untuk
menghilangkan penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu. Tindakan
tersebut dapat berupa tindakan pembedahan misalnya pengangkatan batu atau
reseksi tumor. Dapat pula upaya untuk menghilangkan sumbatan dengan tindakan
endoskopi baik melalui papila vater atau dengan laparoskopi. (Reksoprodjo,
1995)
Bila tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk menghilangkan penyebab
sumbatan, dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang terhambat
dapat dialirkan. Drenase dapat dilakukan keluar tubuh misalnya dengan
pemasangan pipa naso bilier, pipa T pada duktus koledokus, atau
kolesistostomi. Drenase interna dapat dilakukan dengan membuat pintasan bilio
digestif. Drenase interna ini dapat berupa kelesisto-jejunostomi,
koledoko-duodenostomi, koledoko-jejunustomi atau hepatiko-jejunustomi.
(Reksoprodjo, 1995)
1.
Penatalaksanaan Keperawatan
Pertahankan kesehatan bayi
(pemberian makan yang cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, serta menghindarkan
kontak infeksi). Berikan penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan kuning pada
bayinya berbeda dengan bayi lain yang kuning karena hiperbilirubinemia biasa
yang dapat hanya dengan terapi sinar atau terapi lain. Pada bayi ini perlu
tindakan bedah karena terdapatnya penyumbatan ( Ngastiyah, 2005).
2.
Penatalaksanaan Medisnya ialah dengan operasi ( Ngastiyah, 2005)
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Obstruksi
biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat
mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan. Omphalocele adalah kondisi bayi waktu
dilahirkan perut bagian depannya berlubang dan usus hanya dilapisi selaput yang
sangat tipis. Hernia diafragmatika adalah tonjolan organ perut ke dalam
rongga dada melalui suatu lubang pada diafragma. Dengan melihat penyakit
yang ada, bidan dapat dapat memberikan pelayanan dengan baik agar keselamatan
pada bayi baru lahir, bayi maupun anak balita. Bidan segera merujuk ketika
mendapatka kasus demikian.
Gejala
Obstruksi Biliaris antara lain: Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada
akhir minggu pertama yakni bayi ikterus, feses
bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan liat seperti dempul, Urine menjadi lebih tua karena mengandung
urobilinogen, Perut sakit di sisi kanan
atas, Demam, Mual dan muntah, Terjadi
hepatomegali.Yang dilakukan bidan terhadap penderita Ostruksi Biliaris antara
lain:Memberikan penatalaksanaan seperti bayi normal lainnya, seperti nutrisi
adekuat, pencegahan hipotermi, pencegahan infeksi, dll, Lakukan konseling pada
orang tua agar mereka menyadari bahwa kuning yang dialami bayinya bukan kuning
biasa tetapi disebabkan karena adanya penyumbatan pada saluran empedu, Lakukan
inform consent dan inform choise untuk dilakukan rujukan.
B.
SARAN
a. Bidan
dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi
setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu)
dengan keadaan fisik yang memnunjukkan anak tampak ikterik, feses pucat dan
urine berwarna gelap (pekat).
b. Bidan segera melakukan rujukan cepat
untuk menghindari komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
DARI INTERNET :
DARI
BUKU :
Sudarti,M.Kes.2010. Kelainanan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak .Yogyakarta :Medical
books
Tidak ada komentar:
Posting Komentar